MUTIH DAN GIZI IBU NIFAS
Perilaku
pantang makan merupakan hasil budaya masyarakat yang mengalami perubahan terus-menerus
dan menghasilkan perilaku makan yang salah, sehingga dapat berdampak bagi
kondisi kesehatan terutama pada masalah gizi nya. Terdapat beberapa daerah yang
masih menjalankan perilaku pantang makan hingga saat ini, seperti ibu hamil dilarang
mengonsumsi buah nanas, ibu hamil dilarang mengonsumsi cumi-cumi dan lainnya,
bagi mereka akan lebih baik menghindari pantangan-pantangan makanan tersebut
agar tidak terjadi apa apa terhadap kondisi kesehatan bagi sang ibu dan calon
bayi nya tanpa mengetahui kandungan apa yang terkandung di dalam
makanan-makanan tersebut apakah tidak baik bagi calon ibu dan juga bagi bayi
nya sendiri atau sebaliknya
Apa itu Puasa Mutih ?
Salah satu
budaya pantang makan yang masih hingga saat ini dan masih terjadi yaitu di
daerah Kudus yang di lakukan oleh ibu nifas dengan pantangan puasa mutih. Dalam
hal ini sang ibu hanya di perbolehkan mengonsumsi nasi, tahu, tempe, beberapa
jenis sayuran dan juga buah-buahan. Menurut kepercayaan masyarakat daerah kudus
sendiri hal tersebut di lakukan karena sudah menjadi kebudayaan atau
kepercayaan dari daerah tersebut, tujuan dari puasa mutih itu sendiri menurut
masyarakat daerah tersebut yaitu untuk mempercepat penyembuhan luka bagi sang
ibu dan agar bayinya tidak berbau amis. Namun, dalam hal tersebut perilaku
pantang makan ibu nifas dengan puasa mutih di khawatirkan akan menyebabkan
defisiensi zat gizi seperti menyebabkan defisiensi protein, zat besi, asam
folat, dan vitamin B12, karena dalam hal ini pada masa-masa tersebut merupakan
masa-masa pertumbuhan emas nya bagi sang bayi tersebut. Dalam masa itu bayi
hanya memperoleh ASI dari sang ibu tanpa makanan tambahan apapun, sehingga
apabila terjadi defisiensi zat gizi pada sang ibu maka akan berdampak produksi
ASI nya dan akan berdampak juga bagi pertumbuhan sang bayi tersebut karena
kurangnya maksimal dalam produksi ASI dari sang ibu.
Defisensi Zat gizi pada Ibu nifas yang melakukan Puasa Mutih
.
Defisiensi asupan zat gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
masalah gizi seperti anemia gizi dan kekurangan energi kronis (KEK) pada masa
nifas. Anemia gizi merupakan masalah gizi yang sering dialami ibu nifas. Pada
masa nifas terjadi kehilangan darah yang menyebabkan jumlah haemoglobin di
dalam tubuh menurun, sehingga menyebabkan sel-sel tubuh tidak cukup mendapatkan
pasokan oksigen. Hal tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup, penurunan
kemampuan kognitif, ketidakstabilan emosi serta depresi pada ibu nifas. Selain
disebabkan oleh perdarahan, anemia pada ibu nifas mutih juga di sebabkan karena asupan zat gizi yang
rendah.
Kekurangan
protein hewani merupakan kondisi yang dapat dialami oleh ibu nifas mutih dan
menjadi salah satu factor penyebab terjadinya anemia pada ibu nifas,
karena dalam hal tersebut ibu nifas yang
sedang menjalani puasa mutih hanya mengonsumsi protein nabati nya, padahal
untuk protein hewani juga sangat berperan penting bagi ibu nifas. Protein
merupakan salah satu zat gizi yang berperan dalam transportasi dan penyimpanan
zat besi. Selain itu, penyerapan zat besi di usus halus juga dibantu oleh
protein karier. Jumlah protein yang di serap tergantung dari mutu protein. Mutu
protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asama amino yang di kandungnya.
Protein yang bermutu tinggi berasal dari hewani kecuali gelatin.
Asupan
zat gizi besi merupakan faktor terjadinya anemia pada ibu nifas, hal tersebut
dikarenakan zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan darah terutama
dalam pembentukan hemoglobin. Ibu nifas yang melakukan mutih tidak mengonsumsi
zat besi heme yang memiliki bioavailabilty tinggi yang terdapat pada sumber
hewani. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30%,
sedangkan dari sumber nabati hanya 1-6%.
Kekurangan
asam folat pada ibu nifas mutih juga menjadi salah satu factor terjadinya
anemia. Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah
putih dalam susunan tulang serta pendewasaannya. Folat berperan sebagai pembawa
karbon tunggal dalam pembentukan heme. Defisiensi folat akan menyebabkan
gangguan pematangan inti erotrosit, yang berakibat timbulnya sel darah dengan
bentuk dan ukuran yang tidak normal.
Asupan
vitamin B12 yang kurang juga menjadi salah satu factor terjadinya anemia kepada
ibu nifas yang melakukan mutih. Vitamin B12 merupakan koenzim pada sintesis
metionin, yaitu suatu reaksi dimetilasi untuk pembentukan folat, sehingga
vitamin B12 memiliki fungsi yang berkaitan erat dengan folat. Sumber pangan
yang kaya akan vitamin B12 terdapat pada pangan hewani seperti daging, ikan,
dan telur.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ibu nifas yang sedang menjalani puasa mutih mampu
berdampak pada kondisi defisiensi zat gizi yang berdampak anemia pada kondisi
kesehatan ibu dan akan berpengaruh pada kondisi pertumbuhan bagi sang bayi.
Dari makanan yang di konsumsi ibu nifas yang melakukan puasa mutih, ibu nifas
hanya mengonsumsi protein nabati dan beberapa sayur juga buah tanpa mengonsumsi
protein hewani, padahal makanan yang mengandung tinggi asam folat, protein
hewani, zat besi, vitamin B12 berasal dari protein hewani seperti daging, ikan,
telur dan lainnya. Sehingga ketika ibu nifas melakukan puasa mutih sama sekali
tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari sumber hewani, sehingga dapat
berdampak pada kondisi kesehatan sang ibu yang kemungkinan akan mengalami
anemia. Dalam hal ini, perlu dilakukan pendekatan secara personal kepada
kelompok ibu nifas yang melakukan puasa mutih maupun tidak mutih. Pada ibu
nifas yang sedang melakukan puasa mutih di lakukan edukasi dan konseling bertujuan untuk merubah perilaku pantang
makan, sedangkan pada ibu nifas yang tidak mutih juga di lakukan edukasi dan
konseling untuk meningktkan jumlah dan variasi jenis asupan zat gizi.
Artikel oleh: Fita Nur Layla
Daftar Pustaka
Saputri, Titien Indah & Hartanti Sandi
Wijayanti. 2015. Perbedaan Asupan Protein, Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12
dan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas yang Melakukan Mutih dan Tidak Melakukan
Mutih di Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Jurnal of Nutrition College. Vol 4.
No 2
.
Nurhikmah. 2009. Hubungan Perilaku Ibu
Berpantang Makanan Selama Masa Nifas dengan Status Gizi Ibu dan Bayinya di
Kecamatan Banjarmasin Utara di Kota Banjarmasin (Tesis). Yogyakarta :
Universitas Gajahmada
Arisman MB. 2010. Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta : EGC