Siapa
itu remaja?
Masa
remaja merupakan fase transisi dan perubahan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa (Hurlock, 1997). Menurut World Health Organization (WHO) masa remaja
terbagi atas masa remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa
remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir (late
adolescence) berusia 17-19 tahun. Seiring dengan perubahan fisiknya, banyak
remaja menghayati perubahannya sebagai suatu hal yang merisaukan (Dariyo,
2002). Lebih lanjut dijelaskan remaja belajar dari lingkungan menjadi gemuk
adalah buruk. Kegagalan dalam pemahaman tersebut mengakibatkan remaja mengalami
kecenderungan gangguan makan anorexia nervosa. Brehm (dlm Maria et
al., 2001) menyatakan bahwa faktor yang memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kecenderungan anorxia nervosa salah satunya adalah
kepribadian.
Banyak
remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Hal ini akan
menyebabkan para remaja mengalami gangguan makan atau eating disorders yang
salah satunya diakibatkan oleh konsep persepsi tubuh seseorang yang buruk
(persepsi negatif) dan ketidakpuasan terhadap tubuh yang dimiliki sehingga dapat menimbulkan dorongan untuk menjadi
lebih kurus dari tubuh yang dimiliki saat ini. Media dan lingkungan menanamkan
persepsi bentuk tubuh ideal adalah tubuh yang kurus. Hal ini menyebabkan remaja
merasa tidak percaya diri dan merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya
sendiri. Mayoritas remaja laki-laki maupun perempuan memiliki persepsi negatif
dengan merasa penampilan dan keseluruhan tubuhnya tidak menarik dan tidak
memuaskan. Jika hal ini berlangsung terus-menerus maka remaja akan mengalami
depresi yang akan meningkatkan persepsi tubuh negatif sehingga menimbulkan perilaku
makan yang menyimpang atau bisa juga disebut dengan eating disorders.
Persepsi
tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya, merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang
yang dibentuk secara emosional dan bisa berubah seiring dengan perubahan
suasana hati, pengalaman, maupun lingkungan. Seseorang yang memiliki persepsi
tubuh positif akan puas terhadap dirinya sendiri, merasa nyaman, dan percaya
diri. Seseorang yang memiliki persepsi tubuh negatif menganggap tubuhnya tidak menarik, merasa malu, dan tidak percaya
diri terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Persepsi tubuh yang negatif yang dapat
berkembang menjadi eating disorders banyak terjadi pada remaja. Remaja
tergolong dalam vunerable group (rentan) karena merasa tidak puas dengan
penampilan dirinya. Hal ini disebabkan karena tahap perkembangan psikologis
yang dialami oleh remaja. Perubahan psikis pada masa ini adalah mulai
memperhatikan penampilan, mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang diidolakan,
dan juga mulai bergantung pada teman-teman sebaya dan lingkungan sosial
sehingga jika ada komentar negatif dari orang lain tentang penampilan fisik
yang dimiliki, remaja akan lebih mudah merasa malu dan akan melakukan apapun agar mendapatkan komentar positif mengenai
dirinya.
Apa
yang dimaksud eating disorder?
Eating
disorders (gangguan makan) makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik
psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Saat
ini ada dua macam eating disorder (gangguan makan) yang diakui, yaitu anorexia
nervosa dan bulimia nervosa. Gangguan ketiga adalah “gangguan makan lain yang
tidak ditetapkan” (EDNOS – eating disorders not otherwise specified) yang
memasukkan beberapa variasi gangguan makan. Kebanyakan adalah mirip dengan
anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter yang berbeda sedikit.
Binge-eating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah penelitian dan
perhatian media dalam beberapa tahun belakangan ini adalah salah satu tipe
EDNOS termasuk dalam DSM-V. Gangguan makan adalah suatu
penyakit psikiatri ditandai dengan adanya pola makan yang menyimpang terkait
dengan karakteristik psikologis berhubungan dengan makan, gambaran tubuh dan
berat badan (Soetjiningsih, 2004). Gangguan makan yang umumnya terjadi pada
remaja yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa (Kusumajaya,
2008).
Ada beberapa tipe dari Perilaku Makan Menyimpang
(PMM) ini. Dua tipe yang paling menonjol adalah anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa. Satu tipe lainnya yaitu perilaku makan binge. Tipe ini belum
dapat disebut sebagai diagnosis psikiatris formal, tapi telah banyak yang
menyarankan untuk dimasukkan sebagai salah satu kategori terbesar dari PMM.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
kriteria anoreksia nervosa adalah penolakan untuk mempertahankan berat badan
normal minimal. Sedangkan Bulimia Nervosa dikriteriakan sebagai pengulangan
episode binge eating diikuti dengan tindakan kompensasi seperti sengaja
muntah, menggunakan laksatif, diuretik, atau obat lainnya, puasa atau olahraga
berlebihan. Keempat model tersebut juga melakukan penurunan berat badan dengan
membatasi asupan makan dan menggunakan obat pencahar seperti obat pencuci
perut, garam inggris, dan obat-obat pelancar buang air besar, selain itu
melakukan olahraga secara berlebihan.
Penderita Anoreksia Nervosa
Seseorang didiagnosa anorexia nervosa apabila
mengalami kesalahan dalam memandang berat atau bentuk badan. Individu yang
mengalami gangguan ini mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap kenaikan
berat badan, sehingga cenderung melakukan penolakan terhadap berat badan normal
sesuai umur dan tinggi badan (American Psychiatric Association, 2000).
Gangguan makan seperti ini ditandai dengan aktivitas untuk menguruskan badan
dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja melalui kontrol yang ketat.
Walaupun penderita anorexia nervosa menyadari bahwa dirinya merasa
lapar, namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan, hal tersebut dikarenakan
dapat berakibat naiknya berat badan (Tambunan, 2002). Seseorang yang mengalami
eating disorder melakukan cara untuk mengurangi berat badan untuk mendapatkan
tubuh ideal menurut dirinya. Misalnya, mengurangi porsi dan pilih-pilih makanan
sampai melakukan olah raga berlebihan. Ciri-ciri perilaku seperti ini
menampakkan adanya suatu gangguan makan anorexia nervosa.
Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi
tubuh dan eating disorders dan terdapat hubungan yang bermakna antara status
gizi dan eating disorders. Perlu pencegahan dini terjadinya eating disorder
yang diakibatkan persepsi tubuh negatif terutama pada remaja. Remaja yang
memiliki citra tubuh yang negatif akan lebih rentan mengalami gangguan makan karena
mereka tidak puas akan bentuk tubuhnya dan cenderung melakukan diet yang tidak
sehat. Pada masa remaja, perkembangan fisik terjadi secara cepat dan terus
menerus. Perkembangan seks sekunder dan perubahan komposisi tubuh memberikan
perubahan besar pada tubuh remaja. Remaja sering menjadi khawatir terhadap
perubahan tubuhnya, terutama apabila mereka tidak dipersiapkan dengan baik
(Batubara, 2010).
Citra
tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan,
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang berkesinambungan dimodifikasi
dengan pegalaman-pengalaman baru setiap setiap individu (Stuart & Sundeen dalam
Kelliat, 1994). Citra tubuh merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat
subyektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak bergantung pada penampilan
fisik. Jadi seseorang yang memiliki tubuh ideal bisa saja memiliki citra tubuh
negatif (Rice & Dolgin, 2002). Citra tubuh yang negatif akan meningkatkan
kecenderungan mengalami gangguan makan. Makin besar kesenjangan antara berat
badan sesungguhnya dengan berat badan yang diinginkan, makin besar pula usaha
yang dilakukan untuk memperbaiki penampilannya dan semakin tinggi juga risiko
remaja tersebut melakukan diet yang tidak sehat (Cooper & Stein, 1992).
Apa
saja penyebab anoreksia dan bulimia?
Gangguan
makan yang paling sering terjadi pada remaja adalah anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa. Gangguan makan merupakan suatu sindrom psikiatrik yang ditandai
oleh pola makan yang menyimpang yang terkait dengan karakterisik psikologik yang
berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan (Soetjiningsih, 2004).
Penyebab dari gangguan makan menurut Adriani & Wirjatmadi (2012), antara
lain: citra tubuh, biologis, psikologis, sosial, keluarga, media, dan budaya. Salah
satu faktor penyebab anorexia nervosa yang berasal dari dalam diri
individu adalah kepribadian. Sebagaimana dinyatakan menurut Maria, et al (2001),
kepribadian merupakan tahapan dominan dalam menentukan pola pikir dan perilaku
individu. Tipe kepribadian yang kemungkinan besar menjadi penyebab terjadinya anorexia
nervosa adalah kecenderungan kepribadian narsistik. Lebih lanjut Noah
(1999), menyatakan bahwa pada penderita anorexia nervosa ditemukan juga
adanya gangguan kecenderungan kepribadian narsistik.
Penderita
Bulimia Nervosa
Bagaimana
tanda dan gejala dari anoreksia dan bulimia?
Menurut
Adriani & Wirjatmadi (2012), anoreksia nervosa merupakan gangguan makan
yang bertujuan membuat tubuh menjadi kurus dengan cara sengaja membatasi makan
dan mengontrolnya dengan ketat. Ciri-ciri penderita anoreksia nervosa antara
lain:
1. Perubahan citra tubuh dari positif ke negative
2. Ketakutan yang luar biasa akan kelebihan berat badan
3. Penolakan untuk mempertahankan berat badan normal
4. Hilangnya siklus menstruasi
5. Berat badan berkurang minimal 15% dari berat badan sebelumnya
6. Menyangkal bahwa dirinya bermasalah
Sedangkan bulimia nervosa adalah perilaku makan yang
cenderung berlebihan (binge) diikuti dengan usaha mengeluarkan makanan tersebut
kembali dengan cara memuntahkannya atau meminum obat laksatif. Ciri-ciri
penderita bulimia nervosa adalah:
1. Menyikat gigi lebih dari dua kali sehari akibat seringnya muntah
2. Sering mengunyah permen karet atau es, mengigit kuku, dan memakai mouthwash
3. Kram pada otot, kelalahan, dehidrasi, dan jantung berdebar-debar
4. Rasa sakit pada tenggorokan dan gigi sensitive
5. Berat badan berkurang setengah sampai satu kg per minggu
6. Bibir dan kulit sekitar mulut kering
Penderita Binge-Eating Disorder
Lebih lanjut dijelaskan oleh Tambunan (2002), bahwa efek secara psikologis yang dialami oleh penderita anorexia nervosa adalah mereka mengalami perasaan tidak berharga, sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, mudah merasa bersalah. Efek psikologis yang lain adalah kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak, cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya, dan depresi karena tidak mendapatkan tubuh yang diidamkannya. Komplikasi medis yang terjadi pada penderita tersebut diakibatkan oleh kelaparan yang dideritanya hal ini dapat mempengaruhi ovulasi dan menstruasi, sehingga dapat mengakibatkan amenorrhea yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus menstruasi berturut-turut (Durand & Barlow, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Maryusman, T., & dkk. (2020). Apakah Citra Tubuh
dan Risiko Gangguan Makan Berisiko Anemia? Studi Kasus Pada Siswa Putri. Ghidza:
Jurnal Gizi dan Kesehatan, 4(1), 22-31.
Peran Kecenderungan Kecenderungan
Kepribadian Narsistik Terhadap Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Model
Perempuan. (2014). Jurnal Sosio-Humaniora, 5(1), 44-54.
Siregar, R. U. (n.d.). Hubungan
Citra Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja Putri Masa Pubertas. Program
Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, 1-7.
Tantiani, T., & Syafiq, A.
(2008). Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja di Jakarta. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 2(6), 255-262.
Virgandiri, S., & dkk. (2020).
Relationship Of Body Image With Eating Disorder In Female Adolescent. Jurnal
Ilmu Keperawatan, 8(1), 53-59.
keren deh informatif
BalasHapusMantapp sih
BalasHapuswah nambah wawasan banget
BalasHapusBermanfaat banget nih, jadi tau deh penyebab dan penanganan anoreksia dan bulimia
BalasHapusMasyaallah keren sekalii
BalasHapusSangat bermanfaat, izin share kak
BalasHapusMenambah wawasan bermanfaat
BalasHapusWahh tulisannya sangat bermanfaat sekali kaa ☺
BalasHapusSangat informatif ... Izin share ya
BalasHapus