Seperti yang kalian ketahui saat ini, MSG
menjadi salah satu bahan yang paling umum digunakan dalam memasak. Banyak orang awam yang
menganggap micin atau MSG itu berbahaya bila dikonsumsi, apalagi pada anak
anak. Tetapi apakah itu benar? Makan micin bisa bikin bodoh, apakah itu benar?
Apa kaitannya dengan kids jaman now
yang banyak disebut-sebut sebagai generasi micin?
Micin atau monosodium glutamat (MSG) adalah
garam natrium asam glutamat yang ditemukan oleh Kikunae Ikeda, seorang profesor
kimia Universitas Tokyo, pada 1908. Ia dianggap sebagai garam paling stabil
yang mampu memberi rasa umami atau gurih pada makanan.
Glutamat yang merupakan bahan ajaib dari MSG sebetulnya adalah asam amino umum yang terjadi secara alami di berbagai macam makanan, seperti tomat, keju, permesan, jamur kering, kecap, buah dan sayur, bahkan ASI.
Asam glutamat yang ada di micin juga
terdapat di sumber makanan lain yang kita santap sehari-hari. Tahukah Anda
kalau asam glutamat terbanyak ada di air susu ibu (ASI) ?
"Kalau enggak boleh makan micin atau glutamat, berarti seorang bayi tidak boleh minum ASI, dong? Itu sama saja melanggar hak asasi manusia," kata Ahmad.
"Kalau enggak boleh makan micin atau glutamat, berarti seorang bayi tidak boleh minum ASI, dong? Itu sama saja melanggar hak asasi manusia," kata Ahmad.
Micin, pada penelitian yang pernah
dilakukan FEMA IPB, baik untuk meningkatkan nafsu makan pasien yang sedang
sakit. Menurut Ahmad, secara tidak langsung micin, vetsin, atau MSG ini
membantu memunculkan nafsu makan orang-orang yang kurang beruntung atau mereka
yang berada di pedalaman. Untuk mendapatkan lauk saja susah, yang tersisa hanya
nasi putih dan kerupuk.
Tetapi, apakah kalian
pernah berfikir bahwa orang luar terutama orang china yang banyak mengkonsumsi
micin sebagai bumbu dasar masakan sehari hari malah terbukti mereka lebih
berkembang? Dan jika micin berbahaya bagi manusia, mengapa sampai sekarang
micin masih beredar dikalangan masyarakat?
Sebagai
permulaan, contohnya
para ahli menolak istilah sindrom restoran China. Sindrome restoran
china adalah gejala berupa nyeri kepala, kulit yang kemerahan, dan berkeringat
setelah makan dari restoran china. Statement tersebut
dianggap merendahkan dan tidak memikirkan dengan luas sifat gejalanya. Namun, hal ini belum
dapat dibuktikan. Jika merasa sakit setelah mengkonsumsi makanan China, atau
makanan lain yang mengandung MSG, anda kemungkinan memiliki sensitivitas tinggi
terhadap MSG. Perlu diingat, bahwa makanan alami pun mungkin saja mengandung
glutamat alami dalam kadar yang tinggi.
Sebaliknya, mereka lebih memilih menggunakan istilah sindrom gejala MSG
kompleks untuk menggambarkan beragam gejala yang berkaitan dengan konsumsi MSG.
Salah satu eksperimen lain yang paling
terkenal adalah oleh peneliti Universitas Washington, Dr John W Olney, yang
menemukan bahwa suntikan dosis MSG yang sangat besar di bawah kulit tikus yang
baru lahir menyebabkan berkembangnya jaringan mati di otak. Akibatnya saat
tikus tumbuh dewasa, mereka menjadi kerdil, gemuk, dan beberapa di antaranya
ada yang mandul.
Mereka
kemudian menyimpulkan bahwa ada cukup bukti ilmiah untuk menunjukkan
keberadaaan kelompok individu tertentu yang memiliki respons jelek terhadap MSG
dalam dosis besar. Reaksi ini biasanya muncul dalam waktu satu jam.
Namun,
ketika mereka diuji dengan MSG dalam makanan, reaksi ini justru menjadi
tidak konsisten dan menimbulkan keraguan pada validitas sensitivitas MSG. Melihat
penelitian-penelitian di atas, FDA pun mengategorikan MSG sebagai GRAS
(Generally Recognised As Safe) atau umumnya diakui aman.
Akan tetapi, jika kita terlalu
banyak mengkonsumsi micin juga tidak baik bagi tubuh kita. Jika micin
dikonsumsi dalam jangka yang lama, dapat berakibat bagi kesehatan tubuh seperti
nyeri sendi, kaku kaku, detak jantung tidak teratur, sariawan, dan kanker.
Maka
dari itu,
ada baiknya kita menahan diri untuk tidak langsung
menyalahkan micin ketika melihat perilaku orang-orang zaman sekarang yang tidak logis.
Meski demikian, tidak ada yang benar-benar pasti dalam dunia sains.
Penelitian lebih lanjut mengenai MSG tentu akan selalu bermunculan untuk
benar-benar memastikan keamanannya.
Artikel Oleh Ihda Hanifatun Nisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar