Apa Itu Selective Eating
Disorder?
Terdapat beberapa gangguan
perilaku makan atau dikenal juga dengan selective eating disorder yang kerap terjadi yakni Anoreksi nervosa,
Bulimia Nervosa, dan Binge Eating Disorder. Anoreksia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang
mengakibatkan seseorang terobsesi untuk memiliki tubuh kurus. Anoreksia nervosa
yakni terganggunya pusat mafsu makan yang bertubuh kurus kering dan terlalu
takut jika berat badannya bertambah serta tidak pernah puas terhadap bentuk
tubuhnya. Penderita anoreksia
nervosa membiarkan
dirinya merasa lapar agar tetap terlihat memiliki tubuh langsing. Ciri-ciri
gangguan anoreksia nervosa yakni
mempunyai berat badan kurang dari 85% dibandingkan orang normal karena
pembatasan makan berlebihan. Gejala utama anoreksia
nervosa, yaitu usaha terlalu keras untuk menurunkan berat badan dan
biasanya disebabkan oleh kurangnya kepedulian dan pengetahuan terhadap
keseimbangan gizi pada tubuh. Orang-orang yang menderita hal ini kebanyakan
dari kalangan remaja yang terobsesi kurus agar dianggap cantik dalam media
massa. Kecenderungan perilaku anoreksia
nervosa akan bertambah seiring dengan maraknya iklan-iklan di majalah atau
media massa yang menampilkan model bertubuh kurus.
Salah satu gangguan makan lainnya yang kerap
terjadi yakni Bulimia
Nervosa, salah
satu gangguan perilaku makan dengan mengontrol berat badan secara berlebihan
yang ditandai dengan mengonsumsi makanan dalam porsi besar dan berulang yang
kemudian dimuntahkan kembali, atau menggunakan obat pencahar, berpuasa, atau
berolahraga secara berlebihan (National Institute of Mental Health (NIMH), 2007). Penderita bulimia nervosa sering membuat dirinya
muntah, puasa, penggunaan laksatif, diuretik, enema, dan penggunaan obat
pencahar.
Binge eating disorder merupakan penyimpangan perilaku makan dengan ciri-ciri penderitanya sering makan dalam jumlah besar dan merasa kesulitan untuk menahan dorongan makan. Setelah penderita makan, dia merasa bersalah, depresi, dan kesal karena perilaku makannya tersebut. Binge eating disorder berpotensi menimbulkan penyakit kembung, sembelit, obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Seseorang dikatakan menderita binge eating disorder jika gejala-gejala di atas muncul setidaknya 1 kali per minggu, dalam 3 bulan.
Bagaimana
Prevalensi di Indonesia?
Prevalensi Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa menurut The American Journal of Clinical Nutrition 2019 sebesar 7,8%. Lebih dari 5% anak perempuan memenuhi kriteria untuk anoreksia, bulimia, atau gangguan makan berlebihan.Lebih dari 13% anak perempuan pernah mengalami gangguan makan saat menyertakan gejala gangguan makan nonspesifik. Prevalensi penderita Binge Eating Disorder (BED) secara global adalah sebanyak 4%, yang diantaranya didapati 3,5% perempuandan 2% laki-laki. Sekitar 25% kasus BED terjadi pada individu dengan berat badan lebih (overweight). Prevalensi BED di Indonesia sekitar 1,6 juta dari total penduduk.
Apa
saja Gejala-
Gejala yang Dapat Terjadi?
Anorexia
Nervosa
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan
berat badan, sampai terjadi phobia terhadap makanan. Ketakutan terhadap makanan
disertai dengan penyalahartian dari body image; banyak pasien merasa diri
mereka sangat gendut, walaupun sebenarnya mereka sangat kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive
behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang, pasien
cenderung kaku, dan perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis gangguan
kepribadian, seperti narcissisme, atau riwayat gangguan kepribadian.
3. Penyesuaian seksual yang buruk
4. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh
tentang makanan, seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan dalam kantong,
saat makan mereka membuang makanan, memotong makanan menjadi potongan
kecil-kecil.
5. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
6. Muntah yang dipaksakan
7. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan.
Bulimia
Nervosa
Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan BN. Kecemasan (anxiety) dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan BN mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Binge
eating disorder
1. Perilaku makanan Secretive, termasuk makan diam-diam (misalnya,
makan sendirian atau di dalam mobil, bersembunyi pembungkus) dan mencuri,
bersembunyi, atau penimbunan makanan.
2. Gangguan dalam perilaku makan normal, termasuk makan sepanjang
hari dengan tidak ada waktu makan direncanakan; melewatkan makan atau mengambil
porsi kecil makanan saat makan teratur; terlibat dalam puasa sporadis atau diet
berulang dan mengembangkan ritual makanan (misalnya, hanya makan makanan atau
makanan kelompok tertentu (misalnya, bumbu),
mengunyah berlebihan, tidak membiarkan makanan menyentuh).
3. Dapat melibatkan pembatasan ekstrim dan kekakuan dengan makanan
dan diet periodik dan/atau puasa.
4. Memiliki periode yang tidak terkendali, impulsif, atau
terus-menerus makan di luar titik perasaan tidak nyaman penuh, tetapi tidak
membersihkan.
5. Membuat jadwal gaya hidup atau ritual untuk membuat waktu untuk
sesi pesta.
Apa Saja Faktor
yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Makan?
Seperti dalam berbagai psikopatologi lain, satu faktor
tunggal tidak mungkin menjadi penyebabmgangguan makan. Menurut Davison dkk
(2010) beberapa bidang penelitian dewasa ini-genetik, peran otak, tekanan
sosiokultural untuk menjadi langsing, kepribadian, peran keluarga dan peran
stress lingkungan-menunjukkan bahwa gangguan makan terjadi bila beberapa faktor
yang berpengaruh terjadi dalam kehidupan seseorang. Beberapa para ahli
menyatakan bahwa gangguan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah:
1. Genetik, berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada kelompok kembar identik dan kembar yang tidak identik.
Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok kembar identic memiliki
insiden mengalami gangguan makan yang lebih tinggi daripada mereka yang kembar
identik. Diperkirakan hal ini terjadi karena kembar identik memiliki DNA yang
sama (Wardlaw, 2002 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).
2. Usia, WHO (2012) menyebutkan
batasan usia remaja adalah 10-19 tahun. Pada masa remaja juga merupakan sebuah
fase usia yang rentan untuk mengalami gangguan makan. Gangguan makan sering
terjadi pada usia remaja dikarenakan jumlah stressor yang sangat fantastis yang
dihadapi pada usia tersebut terutama pada remaja putri.
3. Jenis
Kelamin, penderita gangguan makan
lebih banyak terjadi pada perempuan dimana 9 dari 10 penderita anorexia nervosa
dan bulimia nervosa adalah perempuan. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena
lebih tingginya tuntutan masyarakat terhadap perempuan untuk menjadi kurus.Baru
pada beberapa tahun belakangan ini pria penderita gangguan makan mulai mendapat
perhatian.
4. Pengetahuan, tingkat pengetahuan tentang
kesehatan dan nilai kesehatan pribadi secara tidak langsung berpengaruh
terhadap terjadinya gangguan makan. Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki
seseorang akan mempengaruhi gaya hidup nya dan secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang tersebut.
5. Rasa
percaya diri, kepercayaan diri yang rendah dan
perfeksionis akan menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang mengarah pada
gangguan makan. Gangguan makan akan meningkatkan rasa kerapuhan pada diri
penderita sehingga akan menyebabkan makin turunnya rasa percaya diri dan
meningkatnya keperfeksionisan penderita. Hal tersebut akan terus berulang dan
menghasilkan suatu siklus yang terus-menerus terjadi.
6. Citra tubuh, merupakan sebuah istilah
yang mengacu kepada persepsi seseorang mengenai bentuk dan tampilan fisik
tubuhnya. Penampilan fisik yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan remaja,
dapat menyebabkan remaja tidak puas terhadap tubuhnya sendiri. Berbagai studi
menemukan bahwa IMT tinggi dan ketidakpuasan dengan bentuk tubuh merupakan
faktor risiko terjadinya gangguan makan.
7. Riwayat Diet, diet merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya gangguan makan yang paling berisiko. Dalam studi case
control yang dilakukan oleh Fairburn et al., (1999) dilaporkan bahwa riwayat
diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan yang dilakukan pada 67 wanita dengan anorexia
nervosa dan 102 wanita dengan bulimia nervosa. Hasil menunjukkan bahwa perilaku
diet lebih berpengaruh terhadap kejadian bulimia nervosa dibandingkan anorexia
nervosa.
8. Pengaruh
keluarga, pengaruh keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak merupakan
salah satu penyebab terjadinya gangguan makan. Dimana orang tua yang selalu
menekan anak mereka agar memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan keinginan
mereka dapat menjadi faktor risiko terjadinya gangguan makan pada anak
tersebut.
9. Pengaruh teman sebaya, gaya hidup dan pola pikir
remaja sangat dipegaruhi oleh teman sebaya nya. Namun ketidaksamaan dengan
teman dalam berbagai hal termasuk perbedaan fisik dikhawatirkan menyebabkan
dirinya terkucil dan merusak percaya diri.
10. Bullying,
Fairburn (1998) menyebutkan bahwa remaja perempuan yang pernah mengalami
bullying oleh teman sebayanya berisiko 5,5 kali untuk menderita gangguan makan
dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah mengalami bullying oleh teman
sebayanya.
Lalu, Bagaimana Upaya Preventif atau Pencegahan yang dapat Dilakukan?
1. Psikoedukasi, merupakan suatu bentuk
intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok atau
komunitas yang fokus pada mendidik
partisipannya mengenai tantangan yang signifikan dalam kehidupan, membantu
partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam
menghadapi tantangan-tantangan tersebut, serta mengembangkan
keterampilan-keterampilan individu dalam menghadapi atau mengatasi
permasalahannya (Walsh, 2010).
2. Mendefinisikan kembali terkait standar penampilan ideal, pada hal ini kita bisa
memberitahukan kepada penderita bahwa mereka tidak harus mengikuti penampilan
dari para idolanya. Kita juga harus menyampaikan bahwasanya mereka tidak boleh
membandingkan antara tubuh dia dengan orang lain, yang artinya mereka harus
mencintai diri sendiri. Hal ini akan membentuk persepsi positif pada bentuk
tubuh dia dan mencegah terjadinya eating
disorder.
3. Memberikan motivasi untuk melakukan rutinitas olahraga, untuk mendapatkan tubuh
yang lebih segar bugar maka selain kita harus mengonsumsi makanan yang sehat
dan bergizi, kita juga harus mendukungnya dengan melakukan aktifitas olahraga
yang teratur. Anak-anak pada masa sekarang sering menganggap bahwa tujuan utama
dari melakukan olahraga yaitu untuk membuat badan menjadi lebih ramping. Akan
tetapi, kita harus memberikan pengertian bahwasanya olahraga merupakan sebuah
aktifitas yang dilakukan untuk menjaga stamina tubuh. Maka dari itu, mereka
akan terhindar dari rasa insecure
terhadap bentuk tubuhnya dan dapat mencegah terjadinya eating disorder.
4. Mengurangi stres dan meningkatkan rasa percaya diri, psikologis merupakan
salah satu penyebab munculnya eating disorder. Hal ini di dorong dengan
beberapa hal yaitu ketidakmampuan penderita untuk melihat dirinya secara
positif, serta tidak mampu menerima pendapat orang lain mengenai dirinya. Untuk
itu, kita dapat mencegah nya dengan mengurangi stress nya serta meningkatkan
rasa percaya pada dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Azzahara, N. F., &
Dhanny, D. R. (2021). Hubungan Psikososial dan Status Gizi pada Remaja Wanita
dengan Anoreksia Nervosa. Muhammadiyah
Journal of Midwifery, 1-9.
Bella, A. (2022, Januari
26). Binge Eating Disorder: Tanda-Tanda,
Penyebab, dan Penanganan. Diambil kembali dari ALODOKTER:
https://www.alodokter.com/binge-eating-disorder-tanda-tanda-penyebab-dan-penanganan
Eko Praptomo, P. (2009,
Juli 1). Hubungan Antara Penerimaan Diri
dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa Pada Model. Diambil kembali dari
Universitas Muhammadiyah Surakarta Institutional Repository:
http://eprints.ums.ac.id/5982/
Krisniani, H., Santoso,
M. B., & Putri, D. (2017). Gangguan Makan Anorexia Nervosa dan Bulimia
Nervosa Pada Remaja. Prosiding Penelitian
& Pengabdian Kepada Masyarakat, 399-407.
Nasution, S. W.,
Hasibuan, N. A., & Ramadhani, P. (2017). Sistem Pakar Diagnosa Anoreksia
Nervosa Menerapkan Metode Case Based Reasoning. KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer),
52-56.
Sharin, T. R. (2021). Waspada Eating Disorder pada Remaja dan
Ketahui Cara Mencegahnya. Lovelife daily.
Walsh, J. (2010). Psychoeducation in Mental Health.
Chicago: Lyceum books, Inc.
Avvv, tencu infonya bermanfaat bangetttt ♡
BalasHapusWahh baru tau nih soal SED, makasih min
BalasHapusTerimakasih atas informasinya
BalasHapus