Rabu, 06 November 2019

Perilaku Pantang Makan


MUTIH DAN GIZI IBU NIFAS
 
Perilaku pantang makan merupakan hasil budaya masyarakat yang mengalami perubahan terus-menerus dan menghasilkan perilaku makan yang salah, sehingga dapat berdampak bagi kondisi kesehatan terutama pada masalah gizi nya. Terdapat beberapa daerah yang masih menjalankan perilaku pantang makan hingga saat ini, seperti ibu hamil dilarang mengonsumsi buah nanas, ibu hamil dilarang mengonsumsi cumi-cumi dan lainnya, bagi mereka akan lebih baik menghindari pantangan-pantangan makanan tersebut agar tidak terjadi apa apa terhadap kondisi kesehatan bagi sang ibu dan calon bayi nya tanpa mengetahui kandungan apa yang terkandung di dalam makanan-makanan tersebut apakah tidak baik bagi calon ibu dan juga bagi bayi nya sendiri atau sebaliknya







 
Apa itu Puasa Mutih ?

Salah satu budaya pantang makan yang masih hingga saat ini dan masih terjadi yaitu di daerah Kudus yang di lakukan oleh ibu nifas dengan pantangan puasa mutih. Dalam hal ini sang ibu hanya di perbolehkan mengonsumsi nasi, tahu, tempe, beberapa jenis sayuran dan juga buah-buahan. Menurut kepercayaan masyarakat daerah kudus sendiri hal tersebut di lakukan karena sudah menjadi kebudayaan atau kepercayaan dari daerah tersebut, tujuan dari puasa mutih itu sendiri menurut masyarakat daerah tersebut yaitu untuk mempercepat penyembuhan luka bagi sang ibu dan agar bayinya tidak berbau amis. Namun, dalam hal tersebut perilaku pantang makan ibu nifas dengan puasa mutih di khawatirkan akan menyebabkan defisiensi zat gizi seperti menyebabkan defisiensi protein, zat besi, asam folat, dan vitamin B12, karena dalam hal ini pada masa-masa tersebut merupakan masa-masa pertumbuhan emas nya bagi sang bayi tersebut. Dalam masa itu bayi hanya memperoleh ASI dari sang ibu tanpa makanan tambahan apapun, sehingga apabila terjadi defisiensi zat gizi pada sang ibu maka akan berdampak produksi ASI nya dan akan berdampak juga bagi pertumbuhan sang bayi tersebut karena kurangnya maksimal dalam produksi ASI dari sang ibu.    

Makanan yang dikonsumsi oleh kelompok ibu nifas yang melakukan puasa mutih

Ibu nifas yang sedang melakukan puasa mutih hanya mengonsumsi nasi, tahu, tempe dan beberapa jenis sayuran dan buah-buahan tidak mengonsumsi sumber hewani seperti daging kebau, daging ayam, telur ayam, ikan lele, dan ikan bandeng. Ibu nifas mutih juga hanya mengonsumsi beberapa jenis sayuran dan buah yaitu kacang panjang, labu siam, kangkung, daun katuk, wortel, sawi, pisang, papaya dan jeruk




Defisensi Zat gizi pada Ibu nifas yang melakukan Puasa Mutih

            . Defisiensi asupan zat gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya masalah gizi seperti anemia gizi dan kekurangan energi kronis (KEK) pada masa nifas. Anemia gizi merupakan masalah gizi yang sering dialami ibu nifas. Pada masa nifas terjadi kehilangan darah yang menyebabkan jumlah haemoglobin di dalam tubuh menurun, sehingga menyebabkan sel-sel tubuh tidak cukup mendapatkan pasokan oksigen. Hal tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup, penurunan kemampuan kognitif, ketidakstabilan emosi serta depresi pada ibu nifas. Selain disebabkan oleh perdarahan, anemia pada ibu nifas mutih  juga di sebabkan karena asupan zat gizi yang rendah. 

            Kekurangan protein hewani merupakan kondisi yang dapat dialami oleh ibu nifas mutih dan menjadi salah satu factor penyebab terjadinya anemia pada ibu nifas, karena  dalam hal tersebut ibu nifas yang sedang menjalani puasa mutih hanya mengonsumsi protein nabati nya, padahal untuk protein hewani juga sangat berperan penting bagi ibu nifas. Protein merupakan salah satu zat gizi yang berperan dalam transportasi dan penyimpanan zat besi. Selain itu, penyerapan zat besi di usus halus juga dibantu oleh protein karier. Jumlah protein yang di serap tergantung dari mutu protein. Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asama amino yang di kandungnya. Protein yang bermutu tinggi berasal dari hewani kecuali gelatin.

            Asupan zat gizi besi merupakan faktor terjadinya anemia pada ibu nifas, hal tersebut dikarenakan zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan darah terutama dalam pembentukan hemoglobin. Ibu nifas yang melakukan mutih tidak mengonsumsi zat besi heme yang memiliki bioavailabilty tinggi yang terdapat pada sumber hewani. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1-6%.

            Kekurangan asam folat pada ibu nifas mutih juga menjadi salah satu factor terjadinya anemia. Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam susunan tulang serta pendewasaannya. Folat berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan heme. Defisiensi folat akan menyebabkan gangguan pematangan inti erotrosit, yang berakibat timbulnya sel darah dengan bentuk dan ukuran yang tidak normal.

            Asupan vitamin B12 yang kurang juga menjadi salah satu factor terjadinya anemia kepada ibu nifas yang melakukan mutih. Vitamin B12 merupakan koenzim pada sintesis metionin, yaitu suatu reaksi dimetilasi untuk pembentukan folat, sehingga vitamin B12 memiliki fungsi yang berkaitan erat dengan folat. Sumber pangan yang kaya akan vitamin B12 terdapat pada pangan hewani seperti daging, ikan, dan telur.


          Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu nifas yang sedang menjalani puasa mutih mampu berdampak pada kondisi defisiensi zat gizi yang berdampak anemia pada kondisi kesehatan ibu dan akan berpengaruh pada kondisi pertumbuhan bagi sang bayi. Dari makanan yang di konsumsi ibu nifas yang melakukan puasa mutih, ibu nifas hanya mengonsumsi protein nabati dan beberapa sayur juga buah tanpa mengonsumsi protein hewani, padahal makanan yang mengandung tinggi asam folat, protein hewani, zat besi, vitamin B12 berasal dari protein hewani seperti daging, ikan, telur dan lainnya. Sehingga ketika ibu nifas melakukan puasa mutih sama sekali tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari sumber hewani, sehingga dapat berdampak pada kondisi kesehatan sang ibu yang kemungkinan akan mengalami anemia. Dalam hal ini, perlu dilakukan pendekatan secara personal kepada kelompok ibu nifas yang melakukan puasa mutih maupun tidak mutih. Pada ibu nifas yang sedang melakukan puasa mutih di lakukan edukasi dan konseling  bertujuan untuk merubah perilaku pantang makan, sedangkan pada ibu nifas yang tidak mutih juga di lakukan edukasi dan konseling untuk meningktkan jumlah dan variasi jenis asupan zat gizi.

 Artikel oleh: Fita Nur Layla


Daftar Pustaka

Saputri, Titien Indah & Hartanti Sandi Wijayanti. 2015. Perbedaan Asupan Protein, Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12 dan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas yang Melakukan Mutih dan Tidak Melakukan Mutih di Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Jurnal of Nutrition College. Vol 4. No 2
.
Nurhikmah. 2009. Hubungan Perilaku Ibu Berpantang Makanan Selama Masa Nifas dengan Status Gizi Ibu dan Bayinya di Kecamatan Banjarmasin Utara di Kota Banjarmasin (Tesis). Yogyakarta : Universitas Gajahmada

Arisman MB. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC