Kamis, 16 September 2021

Anoreksia dan Bulimia: Penyebab dan Penanganannya

 

Siapa itu remaja?

Masa remaja merupakan fase transisi dan perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 1997). Menurut World Health Organization (WHO) masa remaja terbagi atas masa remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16  tahun dan masa remaja akhir (late adolescence) berusia 17-19 tahun. Seiring dengan perubahan fisiknya, banyak remaja menghayati perubahannya sebagai suatu hal yang merisaukan (Dariyo, 2002). Lebih lanjut dijelaskan remaja belajar dari lingkungan menjadi gemuk adalah buruk. Kegagalan dalam pemahaman tersebut mengakibatkan remaja mengalami kecenderungan gangguan makan anorexia nervosa. Brehm (dlm Maria et al., 2001) menyatakan bahwa faktor yang memberikan kontribusi dalam meningkatkan kecenderungan anorxia nervosa salah satunya adalah kepribadian.

Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Hal ini akan menyebabkan para remaja mengalami gangguan makan atau eating disorders yang salah satunya diakibatkan oleh konsep persepsi tubuh seseorang yang buruk (persepsi negatif) dan ketidakpuasan terhadap tubuh yang dimiliki sehingga  dapat menimbulkan dorongan untuk menjadi lebih kurus dari tubuh yang dimiliki saat ini. Media dan lingkungan menanamkan persepsi bentuk tubuh ideal adalah tubuh yang kurus. Hal ini menyebabkan remaja merasa tidak percaya diri dan merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Mayoritas remaja laki-laki maupun perempuan memiliki persepsi negatif dengan merasa penampilan dan keseluruhan tubuhnya tidak menarik dan tidak memuaskan. Jika hal ini berlangsung terus-menerus maka remaja akan mengalami depresi yang akan meningkatkan persepsi tubuh negatif sehingga menimbulkan perilaku makan yang menyimpang atau bisa juga disebut dengan eating disorders. 

Persepsi tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang yang dibentuk secara emosional dan bisa berubah seiring dengan perubahan suasana hati, pengalaman, maupun lingkungan. Seseorang yang memiliki persepsi tubuh positif akan puas terhadap dirinya sendiri, merasa nyaman, dan percaya diri. Seseorang yang memiliki persepsi tubuh negatif menganggap tubuhnya  tidak menarik, merasa malu, dan tidak percaya diri terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Persepsi tubuh yang negatif yang dapat berkembang menjadi eating disorders banyak terjadi pada remaja. Remaja tergolong dalam vunerable group (rentan) karena merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Hal ini disebabkan karena tahap perkembangan psikologis yang dialami oleh remaja. Perubahan psikis pada masa ini adalah mulai memperhatikan penampilan, mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang diidolakan, dan juga mulai bergantung pada teman-teman sebaya dan lingkungan sosial sehingga jika ada komentar negatif dari orang lain tentang penampilan fisik yang dimiliki, remaja akan lebih mudah merasa malu dan akan melakukan apapun  agar mendapatkan komentar positif mengenai dirinya.

Apa yang dimaksud eating disorder?

Eating disorders (gangguan makan) makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Saat ini ada dua macam eating disorder (gangguan makan) yang diakui, yaitu anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Gangguan ketiga adalah “gangguan makan lain yang tidak ditetapkan” (EDNOS – eating disorders not otherwise specified) yang memasukkan beberapa variasi gangguan makan. Kebanyakan adalah mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter yang berbeda sedikit. Binge-eating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun belakangan ini adalah salah satu  tipe  EDNOS  termasuk  dalam DSM-V. Gangguan makan adalah suatu penyakit psikiatri ditandai dengan adanya pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik psikologis berhubungan dengan makan, gambaran tubuh dan berat badan (Soetjiningsih, 2004). Gangguan makan yang umumnya terjadi pada remaja yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa (Kusumajaya, 2008).

Ada beberapa tipe dari Perilaku Makan Menyimpang (PMM) ini. Dua tipe yang paling menonjol adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Satu tipe lainnya yaitu perilaku makan binge. Tipe ini belum dapat disebut sebagai diagnosis psikiatris formal, tapi telah banyak yang menyarankan untuk dimasukkan sebagai salah satu kategori terbesar dari PMM. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) kriteria anoreksia nervosa adalah penolakan untuk mempertahankan berat badan normal minimal. Sedangkan Bulimia Nervosa dikriteriakan sebagai pengulangan episode binge eating diikuti dengan tindakan kompensasi seperti sengaja muntah, menggunakan laksatif, diuretik, atau obat lainnya, puasa atau olahraga berlebihan. Keempat model tersebut juga melakukan penurunan berat badan dengan membatasi asupan makan dan menggunakan obat pencahar seperti obat pencuci perut, garam inggris, dan obat-obat pelancar buang air besar, selain itu melakukan olahraga secara berlebihan.

Penderita Anoreksia Nervosa


Seseorang didiagnosa anorexia nervosa apabila mengalami kesalahan dalam memandang berat atau bentuk badan. Individu yang mengalami gangguan ini mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap kenaikan berat badan, sehingga cenderung melakukan penolakan terhadap berat badan normal sesuai umur dan tinggi badan (American Psychiatric Association, 2000). Gangguan makan seperti ini ditandai dengan aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja melalui kontrol yang ketat. Walaupun penderita anorexia nervosa menyadari bahwa dirinya merasa lapar, namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan, hal tersebut dikarenakan dapat berakibat naiknya berat badan (Tambunan, 2002). Seseorang yang mengalami eating disorder melakukan cara untuk mengurangi berat badan untuk mendapatkan tubuh ideal menurut dirinya. Misalnya, mengurangi porsi dan pilih-pilih makanan sampai melakukan olah raga berlebihan. Ciri-ciri perilaku seperti ini menampakkan adanya suatu gangguan makan anorexia nervosa.

Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi tubuh dan eating disorders dan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan eating disorders. Perlu pencegahan dini terjadinya eating disorder yang diakibatkan persepsi tubuh negatif terutama pada remaja. Remaja yang memiliki citra tubuh yang negatif akan lebih rentan mengalami gangguan makan karena mereka tidak puas akan bentuk tubuhnya dan cenderung melakukan diet yang tidak sehat. Pada masa remaja, perkembangan fisik terjadi secara cepat dan terus menerus. Perkembangan seks sekunder dan perubahan komposisi tubuh memberikan perubahan besar pada tubuh remaja. Remaja sering menjadi khawatir terhadap perubahan tubuhnya, terutama apabila mereka tidak dipersiapkan dengan baik (Batubara, 2010).

Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang berkesinambungan dimodifikasi dengan pegalaman-pengalaman baru setiap setiap individu (Stuart & Sundeen dalam Kelliat, 1994). Citra tubuh merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat subyektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak bergantung pada penampilan fisik. Jadi seseorang yang memiliki tubuh ideal bisa saja memiliki citra tubuh negatif (Rice & Dolgin, 2002). Citra tubuh yang negatif akan meningkatkan kecenderungan mengalami gangguan makan. Makin besar kesenjangan antara berat badan sesungguhnya dengan berat badan yang diinginkan, makin besar pula usaha yang dilakukan untuk memperbaiki penampilannya dan semakin tinggi juga risiko remaja tersebut melakukan diet yang tidak sehat (Cooper & Stein, 1992).

Apa saja penyebab anoreksia dan bulimia?

Gangguan makan yang paling sering terjadi pada remaja adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Gangguan makan merupakan suatu sindrom psikiatrik yang ditandai oleh pola makan yang menyimpang yang terkait dengan karakterisik psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan (Soetjiningsih, 2004). Penyebab dari gangguan makan menurut Adriani & Wirjatmadi (2012), antara lain: citra tubuh, biologis, psikologis, sosial, keluarga, media, dan budaya. Salah satu faktor penyebab anorexia nervosa yang berasal dari dalam diri individu adalah kepribadian. Sebagaimana dinyatakan menurut Maria, et al (2001), kepribadian merupakan tahapan dominan dalam menentukan pola pikir dan perilaku individu. Tipe kepribadian yang kemungkinan besar menjadi penyebab terjadinya anorexia nervosa adalah kecenderungan kepribadian narsistik. Lebih lanjut Noah (1999), menyatakan bahwa pada penderita anorexia nervosa ditemukan juga adanya gangguan kecenderungan kepribadian narsistik.

Penderita Bulimia Nervosa


Bagaimana tanda dan gejala dari anoreksia dan bulimia?

Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012), anoreksia nervosa merupakan gangguan makan yang bertujuan membuat tubuh menjadi kurus dengan cara sengaja membatasi makan dan mengontrolnya dengan ketat. Ciri-ciri penderita anoreksia nervosa antara lain:

1. Perubahan citra tubuh dari positif ke negative

2. Ketakutan yang luar biasa akan kelebihan berat badan

3. Penolakan untuk mempertahankan berat badan normal

4. Hilangnya siklus menstruasi

5. Berat badan berkurang minimal 15% dari berat badan sebelumnya

6. Menyangkal bahwa dirinya bermasalah

Sedangkan bulimia nervosa adalah perilaku makan yang cenderung berlebihan (binge) diikuti dengan usaha mengeluarkan makanan tersebut kembali dengan cara memuntahkannya atau meminum obat laksatif. Ciri-ciri penderita bulimia nervosa adalah:

1. Menyikat gigi lebih dari dua kali sehari akibat seringnya muntah

2. Sering mengunyah permen karet atau es, mengigit kuku, dan memakai mouthwash

3. Kram pada otot, kelalahan, dehidrasi, dan jantung berdebar-debar

4. Rasa sakit pada tenggorokan dan gigi sensitive

5. Berat badan berkurang setengah sampai satu kg per minggu

6. Bibir dan kulit sekitar mulut kering 

Penderita Binge-Eating Disorder


Lebih lanjut dijelaskan oleh Tambunan (2002), bahwa efek secara psikologis yang dialami oleh penderita anorexia nervosa adalah mereka mengalami perasaan tidak berharga, sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, mudah merasa bersalah. Efek psikologis yang lain adalah kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak, cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya, dan depresi karena tidak mendapatkan tubuh yang diidamkannya. Komplikasi medis yang terjadi pada penderita tersebut diakibatkan oleh kelaparan yang dideritanya hal ini dapat mempengaruhi ovulasi dan menstruasi, sehingga dapat mengakibatkan amenorrhea yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus menstruasi berturut-turut (Durand & Barlow, 2007).


DAFTAR PUSTAKA

Maryusman, T., & dkk. (2020). Apakah Citra Tubuh dan Risiko Gangguan Makan Berisiko Anemia? Studi Kasus Pada Siswa Putri. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan, 4(1), 22-31.

Peran Kecenderungan Kecenderungan Kepribadian Narsistik Terhadap Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Model Perempuan. (2014). Jurnal Sosio-Humaniora, 5(1), 44-54.

Siregar, R. U. (n.d.). Hubungan Citra Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja Putri Masa Pubertas. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, 1-7.

Tantiani, T., & Syafiq, A. (2008). Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja di Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2(6), 255-262.

Virgandiri, S., & dkk. (2020). Relationship Of Body Image With Eating Disorder In Female Adolescent. Jurnal Ilmu Keperawatan, 8(1), 53-59.