Senin, 19 Juli 2021

Menjalani Liburan dengan Optimalisasi Zat Gizi Seimbang dan Aktivitas Fisik

 


Liburan merupakan masa yang sangat menyenangkan terutama bagi mahasiswa, pada umumnya masa liburan banyak dimanfaatkan untuk jalan-jalan namun pada saat ini kebijakan pemerintah memberlangsungkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sehingga mau tidak mau liburan dilaksanakan dirumah, agar masa liburan ini dapat dimanfaatkan dengan baik berikut adalah informasi-informasi yang bisa kalian manfaatkan di masa liburan ini.

Masa liburan tentunya akan membuat kita ingin makan-makanan yang kita suka, namun jangan sampai salah dalam pola makan yang bisa berdampak pada tubuh kita. Untuk mengetahui mengenai pola makan yang benar,   kalian harus mengetahui terlebih dahulu mengenai pola makan.

Apa yang dimaksud dengan pola makan?

Menurut Kemenkes tahun 2014, Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat memepengaruhi keadaan/status gizi seseorang dalam konsumsi makanan yang menetap dalam kurun waktu tertentu berdasarkan jenis,jumlah dan frekuensi makan. Mengapa pola makan ini sangat penting dikarenakan setiap kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan individu tersebut.

Status gizi merupakan salah satu factor penyebab baik tidaknya kebugaran jasmani yang dimiliki oleh seseorang. Kondisi seseorang akibat mengkonsumsi makanan dan zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih yang kemudian disebut dengan istilah status gizi. (Mardalena,2017)

Bagaimana anjuran pola makan yang baik?

Pola makan yang baik menurut kemenkes tahun 2014 yaitu dengan Pedoman Gizi Seimbang, yang dimana susunan pangan yang kita konsumsi sehari-hari mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.

Zat gizi makronutrien yang meliputi karbohidrat, protein dan lemak berperan dalam menghasilkan energi sedangkan mikronutrien vitamin dan mineral dapat membantu metabolisme tubuh. Asupan energi dan zat gizi akan menentukan status gizi dan performa dalam melakukan aktivitas fisik. Gizi yang seimbang apabila asupan zat gizi sama dengan kebutuhan zat gizi. Tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat diperoleh dengan cara membandingkan asupan energi dan zat gizi dari pangan yang dikonsumsi selama 2x24 jam dengan angka kebutuhan gizi (AKG 2013).

 

Bagaimana mengaplikasikan Gizi Seimbang?

            Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna”. Berikut sepuluh pedoman gizi seimbang menurut Kemenkes tahun 2014.


Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur.

Empat Pilar tersebut adalah:

1.     1.  Mengonsumsi Anekaragam Pangan

Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur.

Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.


Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik.


1.      2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih

Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu memperhatikan dari aspek keamanan pangan yang berarti makanan dan minuman itu harus bebas dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.

2.  3. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal dengan indikator yang dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT).

3.      4. Melakukan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Sel-sel otot pada usia muda mempunyai kelenturan yang optimal dan mulai menurun pada usia lanjut. Kontraksi dan relaksasi otot menjadi berkurang seiring bertambah usia. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan-jalan, bersepeda, berkebun dan melakukan olah raga ringan seperti yoga, senam yang berfungsi membantu kelenturan otot dan relaksasi otot. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh. Dasar sederhana adalah mempertahankan berat badan normal, seimbang kalori yang dimakan dan kalori yang digunakan (dibakar). Karena itu pola konsumsi makanan yang sehat disertai aktivitas fisik akan membantu mengontrol berat badan, sehingga badan akan menjadi lebih sehat. Asupan energi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan kurang melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan.

Aktivitas fisik yang rendah adalah salah satu faktor pemicu obesitas. Aktivitas fisik dikategorikan cukup jika individu melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu (Kemenkes 2014)





Daftar Pustaka:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Angka kecukupan gizi bagi Bangsa Indonesia 2013. Jakarta, Indonesia: Kemenkes RI..

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman gizi seimbang. Jakarta, Indonesia: Kemenkes RI

Mardalena I. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan (Pertama). Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017.


Rabu, 07 Juli 2021

Apakah Susu Bear Brand dapat Mencegah Covid-19?

 


Beberapa waktu ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kelangkaan produk Bear Brand. Bear Brand atau yang sering dikenal dengan sebutan susu beruang merupakan suatu produk susu sapi steril yang saat ini sedang gencar-gencarnya diburu oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan banyak orang menyakini bahwa minuman kaleng susu bear brand dapat mengobati seseorang yang terkena COVID-19. Lalu apakah benar susu bear brand ini dapat mencegah kita dari Covid–19 ? Agar lebih jelasnya yuk kita simak pembahasan mengenai susu beruang yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini.

Bear Brand adalah merek susu steril produk Nestle yang bereputasi sebagai perusahaan steril, higienis, dan sehat di antara beberapa produsen susu di dunia.

Susu merupakan bahan makanan dengan nilai gizi tinggi yang diperoleh dari pemerahan hewan (termasuk sapi). Untuk memperpanjang umur simpan produk susu, maka perlu dilakukan pengolahan sebelum dikonsumsi. Susu steril adalah produk susu yang diperoleh dengan membunuh mikroorganisme hingga spora - sporanya. Proses sterilisasi dilakukan dengan memanaskan susu pada suhu 1210 C selama 15 menit.

Melihat kasus Covid-19 di Indonesia yang semakin tinggi, maka untuk mencegah tubuh terserang oleh virus corona yaitu salah satunya dengan menjaga sistem kekebalan tubuh. Lalu, melihat hal tsb, apakah susu Bear Brand dapat mencegah dari Covid – 19?

Melihat fenomena ini, adapun ahli dari Amerika yaitu Faheem Younus, seorang pakar penyakit menular dari University of Maryland Upper Chesapeake Health, berpendapat bahwa susu Bear Brand bukanlah suatu obat yang digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit. Sudah dari lama kabar bahwa susu Bear Brand ini diyakini dapat mengatasi berbagai penyakit.


Kandungan gizi pada susu sapi umumnya yaitu air, lemak, protein, laktosa, vitamin A, vitamin B, vitamin D, kalsium, phospor, riboflavin, imonoglubulin (Igs), lisozom, peptida, oligosakarisa, sitokin, laktoferin, dsb. Lalu jika dillihat dari nilai gizi susu Bear Brand sendiri juga tidak jauh berbeda dengan kandungan gizi susu sapi lainnya. Tetapi, jika hanya mengkonsumsi susu Bear Brand saja tidak cukup untuk meningkatkan imun pada tubuh. Dalam susu sterilisasi sebagian imunoglobulinnya memang ada, tetapi imunoglobulin ini akan rusak ketika melakukan proses pemanasan. Imunoglobulin terbaik terdapat pada ASI yang terdapat pada kolostrum, yang hanya dikeluarkan melalui kelenjar payudara ibu yang baru melahirkan pada hari pertama hingga hari 3–5 hari setelah melahirkan. Kolostrum ASI ini mengandung imunoglobulin yang dapat meningkatkan imun tubuh, pada kolostrum ASI juga ditemukan antibodi spesifik SARS – CoV-2 yang dapat mencegah dari infeksi virus.

Manfaat susu Bear Brand sama seperti susu sapi lainnya, yaitu dapat mengandung antibodi spesifik, dapat memberikan efek sinergis pada aktivitas faktor antimikroba, selain itu imunoglobulin yang terkandung pada susu sapi ini secara fungsional dapat mencegah infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran pencernaan pada manusia.

Untuk dapat meningkatkan sistem imun, kita tidak hanya berpatokan pada satu jenis makanan saja, tetapi perlu juga mengkonsumsi jenis makanan lainnya. menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari – sehari seperti memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan sehari – hari. Selain itu, untuk mencegah Covid – 19 ini dengan menerapkan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas, menjaga jarak minimal 1 meter, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.



Daftar Pustaka:

Amalia, Lia dkk. 2020. Analysis of Clinical Symptoms and Immune Enhancement to Prevent COVID-19 Disease. Jambura Journal. Vol. 2, No. 2.

Hendrawati, Tri Yuni dan Suratmin Utomo. 2017. Optimalisasi Susu dan Waktu Sterilisasi pada Kualitas Susu Segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Volume 9, No. 2.

Rizal, Muhammad Saiful dkk. 2016. Pengaruh Waktu dan Suhu Sterilisasi Terhadap Susu Sapi Rasa Coklat. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian “ARGIKA”. Volume 10, Nomor 1.

https://www.instagram.com/p/CQ4rC6xjnSR/?utm_source=ig_web_copy_link

https://www.instagram.com/p/CQ5B0LjsNsO/?utm_source=ig_web_copy_link


Jumat, 02 Juli 2021

Cara Pembacaan Label Informasi Nilai Gizi pada Kemasan Makanan & Minuman

 


Label makanan merupakan hal penting yang perlu dicantumkan dalam kemasan suatu produk, hal ini tersebut karena melalui label pada kemasan makanan dan minuman, konsumen dapat memutuskan kesesuaian suatu produk yang akan dikonsumsi untuk kesehatannya.

Label pangan kemasan berisi sekurang-kurangnya tujuh informasi, yaitu nama produk, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yg memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, komposisi atau daftar bahan, keterangan kadaluarsa, nomor pendaftaran, tanggal dan atau kode produksi. Dengan demikian, membaca label dapat membantu konsumen dalam memilih pangan yang aman dan sesuai dengan kebutuhannya. Namun, sebenarnya konsumen dapat membatasi pangan tersebut dan memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhannya, jika cermat mengenalinya melalui label pada kemasan pangan.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 67/-DAG/PER/11/2013, label adalah deskripsi setiap gambar, tulisan, kombinasi dari dua atau bentuk informasi lain yang berkaitan dengan produk, yang memuat produk yang bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.  Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan kemasan harus memiliki label, yang berisi informasi tentang isi, jenis dan jumlah, umur simpan, dan kandungan gizi bahan, dinyatakan dalam jumlah dan dinyatakan sebagai persentase dari tingkat kecukupan gizi yang direkomendasikan untuk setiap porsi, dan informasi penting lainnya (seperti sifat kehalalan produk) agar konsumen dapat memahami kandungan gizi dan kelayakan makanan kemasan.

Pencantuman informasi nilai gizi pada produk pangan diharapkan dapat membantu konsumen dalam mengatur asupan gizi mereka. Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Peraturan tersebut diharapkan dapat mengurangi risiko PTM di Indonesia.

Informasi nilai gizi merupakan bagian dari label pangan. Ketika informasi yang ada tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, maka pengaturan pola makan juga tidak dapat dilakukan dengan baik dan dapat berimbas pada kondisi kesehatan.

Nilai gizi pada makanan kemasan bertujuan untuk memberikan informasi terkait zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Informasi ini dapat membantu dalam menjaga berat badan dan memilih makanan dengan bijak. Pada label nilai gizi juga dicantumkan informasi tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu rata-rata angka kecukupan gizi harian semua orang menurut kelompok umur, jenis kelamin, tipe tubuh, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis khusus yang ingin dicapai. kesehatan yang optimal.

Rendahnya kebiasaan membaca label makanan membuat konsumen memilih makanan yang tidak sehat sehingga menurunkan derajat kesehatannya. Konsumen yang tidak membaca label makanan mengonsumsi kadar lemak, kolesterol, dan gula yang lebih tinggi daripada konsumen yang membacanya. Kepatuhan membaca label informasi dan gizi rendah disebabkan oleh terhambatnya upaya pencarian informasi. Salah satu kendala adalah kurangnya minat terhadap informasi, yang mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang label. Informasi tentang nutrisi dan label bahan lebih luas dan kompleks. Selain itu, terminologi yang digunakan sulit dan asing bagi masyarakat. Banyak konsumen yang tidak yakin Informasi nutrisi penting. Beberapa konsumen tidak yakin bahwa asupan nutrisi seperti gula, garam dan lemak akan berdampak pada kesehatan, sementara ada konsumen yang tidak mengetahui istilah dalam label nutrisi seperti natrium, sodium, dsb. Rendahnya kebiasaan membaca label pangan membuat konsumen memilih makanan yang tidak sehat sehingga menurunkan kondisi kesehatan. Mereka yang tidak membaca label pangan mengonsumsi lebih tinggi lemak kolesterol, dan gula dibandingkan dengan yang membaca label.

Ketika nutrisi dalam produk yang dikonsumsi diketahui dengan jelas, diet sehat dapat dirumuskan. Informasi gizi dalam makanan olahan dapat dilihat pada label makanan, terutama pada panel informasi nilai gizi. Namun bila informasi yang ada tidak digunakan dengan benar, penyesuaian pola makan tidak dapat diselesaikan dengan benar, dan dapat berdampak pada kondisi kesehatan.

Yuk kita bahas bagaimana cara memahami informasi nilai gizi pada kemasan suatu produk makanan dan minuman, sebagai berikut:

1.    1.   Sajian per kemasan

Hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu sajian per kemasan pada suatu produk. Seperti pada kemasan tertera satu bungkus, satu botol, atau satu kemasan produk bisa terbagi atas satu atau beberapa sajian. Misalnya, dalam kemasan menemukan tulisan, “5 sajian per kemasan”. informasi nilai gizi ini memiliki arti bahwa makanan tersebut bisa dinikmati dalam 5 takaran saji (5 kali konsumsi).

Nah, perlu untuk diingat bahwa tabel informasi nilai gizi suatu makanan biasanya menyajikan data untuk satu sajian – bukan untuk satu kemasan. Jika di label tertulis, “5 sajian per kemasan”, maka harus mengalikan kalori dan masing-masing kadar nutrisi dengan angka 5 sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan tersebut.

2.      2. Kalori

Untuk mendapatkan informasi terkait kalori dari makanan olahan suatu produk, maka harus merujuk pada sajian per kemasan. Jika satu produk memiliki 5 sajian per kemasan, lalu tercantum pada informasi nilai gizi bahwa satu sajian menyumbang 200 kalori, maka konsumen akan mengonsumsi 1000 kalori jika menghabiskan satu makanan kemasan tersebut (200 kalori x 5 sajian).

3.      3. Nutrisi yang perlu untuk dibatasi

Beberapa kandungan yang perlu dibatasi yaitu natrium (sodium), lemak jenuh (saturated fat), lemak trans (trans fat), dan gula tambahan (added sugar). Kalikan kadar masing-masing nutrisi dengan sajian per kemasan dan konsumen akan mendapatkan angka yang sebenarnya.

4.      4. Nutrisi yang penting bagi tubuh

Makanan kemasan juga menawarkan nutrisi yang krusial bagi tubuh. Beberapa nutrisi penting yang bisa konsumen perhatikan kadarnya dalam suatu produk, yaitu:

a.       Serat pangan (dietary fiber), penting untuk kesehatan sistem pencernaan

b.      Kalsium (calcium), krusial demi menjaga tulang tetap sehat dan kuat

c.       Kalium (potassium), penting untuk pengendalian tekanan darah

d.      Vitamin D, juga penting untuk kesehatan tulang

e.       Zat besi (iron), menjadi nutrisi yang vital dalam produksi hemoglobin (protein dalam sel darah merah), dll.

Untuk membandingkan produk yang mengandung tinggi kadar nutrisi penting di atas, konsumen juga harus mengalikannya dengan jumlah sajian per kemasan.

5.      5. Angka Lecukupan Gizi (AKG) harian

Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian merupakan informasi rekomendasi kebutuhan tiap-tiap nutrisi dalam satu hari. AKG tersebut disajikan dalam satuan berat (gram, miligram, mikrogram) serta dalam bentuk persentase.

Nutrisi dengan persentase AKG-nya sekitar 6% atau kurang per sajian digolongkan sebagai persentase yang rendah. Sementara itu, persentase AKG di atas 20% per sajian digolongkan sebagai persentase yang tinggi.

6.     6.  Perhatikan  gula pada produk kemasan

Pengkonsumsian gula yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2 hingga obesitas. Banyak produk olahan yang mengandung tinggi gula yang diberikan pada suatu produk olahan. Adapun macam – macam gula yang sering digunakan pada produk olahan yaitu: fruktosa, maltosa, maltol etil, maltodextrin, glukosa, malt bubuk, dekstran, sirup mapel, dll.

7.     7.  Melakukan perbandingan suatu produk dengan produk lainnya

Setelah memahami poin-poin terkait informasi nilai gizi dan label makanan di atas, konsumen dapat membandingkan satu produk dengan produk lain. Gunakan indikator informasi nilai gizi di atas demi mendapatkan produk yang sekiranya ‘lebih sehat’, termasuk dari kalori, kadar nutrisi baik, dan kadar nutrisi yang perlu dibatasi seperti natrium, lemak jenuh, lemak trans, dan gula.


Daftar Pustaka:

Fitri, Nurul, dkk. 2020. Pengetahuan dan Kebiasaan Membaca Label Informasi Nilai Gizi pada Makanan Kemasan Tidak Berhubungan dengan Status Gizi pada Mahasiswa Asrama Kutai Kartanegara di Yogyakarta. Gizido. Volume. 12, No. 1.

Maulida, Arina Zulfa. 2019. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa Gizi UIN Walisongo Semarang. Skripsi. UIN Walisongo. Semarang.

Ningrum, Ariana Kusuma. 2015. Pengetahuan Label Kemasan Pangan. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Prawira, I Kadek Putra, dkk. 2016. Korelasi Informasi Nilai Gizi terhadap Keputusan Pembelian Biskuit dan Kukis oleh Konsumen Jakarta dan Sekitarnya. Jurnal Mutu Pangan, Vol. 3(2): 138-144.