Rabu, 24 November 2021

Nutrition Confusion : Benarkah Produk Obat Pelangsing Efektif Menurunkan Berat Badan?

 

Beberapa negara di dunia pada dasarnya memiliki standar atau kriteria kecantikannya masing-masing, contohnya seperti wanita yang hidup di Jepang terlihat cantik ketika memiliki rambut yang hitam dan panjang, kemudian di wanita di Thailand terlihat cantik apabila memiliki leher yang panjang. Sedangkan di negara kita sendiri yaitu Indonesia seorang wanita akan dipandang cantik apabila memiliki tubuh yang langsing atau ramping. Persepsi yang ada di masyarakat bahwa harus memiliki tubuh yang ramping memanglah bukan suatu hal yang aneh ketika didengar. Mindset atau pola pikir yang dimiliki masyarakat adalah cantik itu harus memiliki tubuh yang ramping dan kurus. Hal ini memicu sebagian besar orang yang beranggapan bahwa tubuhnya yang belum ideal dan ramping untuk merubah penampilannya. Segala cara ditempuh dan dilakukan untuk memiliki postur tubuh dan fisik yang ramping. Karena penampilan merupakan sesuatu yang kerap menjadi perhatian bagi sebagian besar orang. Sayangnya untuk memiliki tubuh yang ramping beberapa orang cenderung untuk memilih cara yang instan seperti mengonsumsi obat pelangsing.

Obat pelangsing cenderung dipilih sebagai alternatif untuk mendapatkan tubuh yang ramping. Hal ini karena obat pelangsing adalah cara yang instan dan cenderung cepat untuk mendapatkan tubuh yang langsing juga ramping.

Jenis obat pelangsing yang beredar di pasaran ada dua jenis, yaitu :

1. Obat pelangsing tradisional (herbal/ natural)

2. Obat pelangsing modern (bahan kimia)


Bagaimana Sifat dan Cara Kerja Obat Pelangsing?

1. Penekan Nafsu Makan

Beberapa obat pelangsing memiliki cara kerja dengan menekan pusat lapar di otak dan mengaktifkan pusat kenyang. Hal inilah yang menyebabkan seseorang yang mengonsumsi obat pelangsing tidak nafsu makan. Asupan makan yang cenderung kurang dari biasanya akan menimbulkan efek penurunan berat badan.

2. Mempercepat Absorpsi Lemak

Obat pelansing yang dikonsumsi dapat menghambat aktivitas lipase hingga sebesar 30% lemak tidak dapat diserap oleh tubuh tetapi langsung dikeluarkan bersama feses.

3. Diuretik

Obat pelangsing yang bersifat diuretik adalah jenis obat pelagsing yang akan menimbulkan peminumnya memiliki keinginan untuk sering buang air kecil. Hal ini akan membuat berat badan turun tapi dalam tubuhnya akan mengalami kekurangan cairan karena apabila terlalu sering buang air kecil akan menyebabkan cairan tubuh yang keluar secara berlebih. Apabila dikonsumsi secara jangka panjang dapat menimbulkan gangguan ginjal.

4. Laksatif

Setipe dengan obat pelangsng yang bersifat diuretik yang memberikan efek sering buang air kecil, obat pelangsing yang bersifat laksatif akan menimbulkan keinginan untuk buang air besar bagi yang mengonsumsinya. Keinginan untuk buang air besar secara terus-menerus inilah yang akan memberikan efek terhadap penurunan berat badan.

 

Dampak Negatif Jangka Panjang dari Penggunaan Obat Pelangsing

1. Gangguan emosi

2. Hiperaktivitas

3. Sulit tidur

4. Perut kembung atau perih

5. Keletihan terus menerus

6. Mual dan muntah

7. Tubuh gemetar

8. Mengganggu kesuburan

9. Menganggu sirkulasi menstruasi

10. Gangguan ginjal dan otak

Lalu Sebenarnya Lifestyle Seperti Apa yang Diperlukan untuk Menjaga Body Shape atau Bentuk Tubuh?

·           Cek IMT

Pengecekan IMT diperlukan guna mengetahui status gizi seseorang. Apakah termasuk gizi kurang, normal, atau bahkan mengalami gizi lebih yang biasa disebut dengan obesitas. Jika kita termasuk ke dalam kategori IMT yang normal, maka hal ini perlu dipertahankan. Karena jika dalam keadaan IMT yang normal berarti kita tidak berada pada status gizi yang kurang atau lebih (obesitas). Kondisi seseorang yang mengalami obesitas dapat memicu keinginan atau obsesi untuk menurunkan berat badan. Hal yang dikhawatirkan adalah menurunkan berat badan dengan cara yang instan seperti mengonsumsi obat pelangisng yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi tubuh. penurunan berat badan bagi seseorang yang mengalami overweight atau obesitas dapat dilakukan dengan diet pengurangan kalori secara bertahap hingga mencapai IMT normal.

·           Diet Gizi Seimbang

Apabila ingin menurunkan berat badan tanpa menimbulkan dampak negatif, diet dengan gizi seimbang adalah cara yang tepat untuk dilakukan. Pengaturan porsi dan asupan makan yang dikonsumsi sangat penting untuk diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk dapat mengetahui porsi makan dan asupan makan yang tepat dapat menggunakan acuan tumpeng gizi seimbang yang di dalamnya juga memuat empat pilar gizi seimbang.



Empat Pilar Gizi Seimbang:

1. Mengonsumsi beraneka ragam jenis makanan

2. Perilaku atau pola hidup bersih

3. Melakukan aktivitas fisik atau menerapkan pola hidup aktif dan olahraga

4. Mempertahankan dan memantau berat badan (BB)

·           Aktivitas Fisik Teratur

Aktivitas fisik sangat penting untuk dilakukan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kondisi tubuh agar asupan yang masuk ke dalam tubuh sesuai dengan energi yang dikeluarkan. Keseimbangan energi sangat berpengaruh bagi tubuh untuk mencegah terhadap terjadinya obesitas. Aktivitas fisik yang dilakukan dapat dimulai dari aktivitas yang ringan hingga sedang secara teratur.

            Penggunaan obat pelangsing untuk menurunkan berat badan bukanlah suatu pilihan yang tepat. Karena disamping banyaknya efek samping dan dampak negatif yang akan ditimbulkan, obat pelangsing yang beredar di pasaran tidak semuanya aman untuk dikonsumsi janngka panjang. Ada cara lain yang dapat dilakukan untuk mendapat tubuh yang ideal, seperti menjaga porsi dan asupan makan, diet dengan gizi seimbang, dan melakukan aktivitas fisik yang teratur. Tentunya beberapa cara ini lebih aman untuk dilakukan karena tikdak menimbulkan efek samping dan berbagai dampak negatif. Sebaliknya, kita justru akan mendapatkan bentuk tubuh yang ideal dan tetap dalam kondisi yang sehat.

 

REFERENSI

 

Ajeng Anastasia Kinanti. (2017). Nekat Minum Pil Diet Demi Kurus, Ini Dampaknya Bagi Tubuh. Diakses melalui health.detik.com pada tanggal 22 Nov 2021.

Almatsier Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Lestari Handayani, Suharmiati, Didik Budijanto. (2002). Studi Tentang Jamu Pelangsing dan Beberapi Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Berat Badan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 5 (2): 139-147

Pritasari, dkk. 2017. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Wina Farafinsah. (2016). Pola Konsumsi Obat Pelangsing di Kalangan Mahasiswi Fisip Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga Fakultas  Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diakses pada tanggal 22 November 2021.


Kamis, 18 November 2021

Kandungan dan Fakta Menarik Brokoli

 

Sayur merupakan sumber pangan yang kaya akan vitamin   dan   mineral   yang   sangat bermanfaat   bagi kesehatan,  perkembangan,  dan  pertumbuhan.  Meskipun kebutuhannya  relatif  kecil,  namun  fungsi  vitamin  dan mineral    hampir    tidak    dapatdigantikan    sehingga terpenuhinya  kebutuhan  konsumsi  zat  tersebut  menjadi esensial.    Sayur    sangat    penting    untuk    dikonsumsi terutama  bagi  anak-anak  khususnya  anak  usia  sekolah (AUS)  dasar.  Walaupun  demikian,  saat  ini  anak-anak cenderung  kurang  mengonsumsi  sayur,  padahal  sayur sangat bermanfaat sebagai sumber pemenuhan kebutuhan gizi yang baik.

Survei   melaporkan   konsumsi   sayur   pada   anak-anak kurang dari rekomendasi yang dianjurkan terutama pada sayur.  Kebiasaan  makan    yang  salah  pada  masa  anak-anak    dapat    berlanjut    dan    menjadi    bibit    masalah kesehatan   yang   serius   di   usia   dewasa.   Konsumsi makanan  yang  kurang  sehat, tinggi  kalori,  tanpa  disertai dengan  makan   sayur   dan   buah   yang   cukup   sebagai sumber    serat    dan    mineral    dapat    mengakibatkan kelebihan  berat  badan  atau  obesitas  pada  anak-anak

Ada banyak sekali jenis tanaman sayuran di Indonesia. Sayuran merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai bahan makanan pelengkap nasi dan lauk pauk. Sayuran kaya akan serat, vitamin dan mineral, sehingga sangat cocok untuk dikonsumsi. Sayuran dapat dibagi menjadi sayuran berdaun, sayuran akar, sayuran buah, sayuran bunga, sayuran umbi-umbian, sayuran batang dan sayuran biji. Konsumsi sayuran seimbang secara teratur tidak hanya membuat tubuh lebih sehat, tetapi juga meremajakan sel-sel dalam tubuh.


Salah satunya yaitu brokoli (Brassica oleracea Var italica.) merupakan tanaman sayuran family Brassicaceae (jenis kol dengan bunga hijau) berupa tumbuhan berbatang lunak  berasal dari eropa, pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia selatan dan Mediterania 2000 tahun yang lalu. Selain itu, brokoli  merupakan tanaman sayuran sub tropic yang banyak dibudidayakan di Eropa dan Asia, termasuk juga di Indonesia.

Brokoli mengandung beragam vitamin dan mineral penting seperti vitamin C kalsium, natrium, kalium, besi, dan selenium. Zat lain yang terkandung dalam brokoli adalah sulfur dalam bentuk glukosinolat, senyawa antidote, monoterpene, dan genestein. Begitu pula flavonoid dan serat yang terkandung juga memperkaya kandungan nutrisi dari brokoli memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan sayuran lainnya. Brokoli mengandung dua senyawa fitokemikal yang berfungsi untuk meningkatkan enzim dan dapat menghancurkan karsinogenik yang merupakan penyebab terjadinya penyakit kanker. Selain itu, pada brokoli juga terdapat kandungan chromium yang berguna untuk mengatur tingkat gula darah dalam tubuh. Brokoli juga mengandung serat dan juga campuran Omega-3, beta karotan, dan juga beberapa vitamin lainnya yang berfungsi untuk menurunkan kolesterol dan juga mengatur tekanan darah.


Brokoli banyak dikonsumsi dalam bentuk olahan atau dimasak menjadi aneka sayur dan dikonsumsi dalam bentuk mentah atau segar. Brokoli juga dapat dimanfaatkan untuk diet dalam bentuk sari brokoli karena kandungan antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam pembuatan sari brokoli ini seringkali ampas sisa produksi dibuang, padahal pada ampas masih mengandung serat pangan, vitamin c dan senyawa fenolik. Dibandingkan dengan sayuran yang lain (wortel, kubis dan bayam) kandungan vitamin C  pada brokoli lebih tinggi yaitu sebesar 89,2 mg / 100 gram. Vitamin C yang terkandung dapat membantu dalam meningkatkan sistem kekebalan pada tubuh.

Brokoli menjadi salah satu bahan makanan yang merupakan sumber serat dan berindeks glikemik rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brokoli mempunyai aktivitas antihiperglikemik. Selain itu, brokoli termasuk sayuran dengan indeks glikemik yang rendah, yaitu 15. makanan yang mengandung indeks glikemik rendah dapat membantu meningkatkan pengendalian glukosa darah. Selain itu penelitian menunjukkan makanan IG rendah mampu memperbaiki sensitivitas insulin serta menurunkan laju penyerapan glukosa, sehingga bermanfaat dalam pengendalian glukosa darah pada penderita DM.

Kadar serat dalam brokoli sebesar 3,3 gram/100 gram, lebih tinggi dibandingkan wortel, selada, dan jagung. Makanan yang mengandung serat dapat meningkatkan kontrol glukosa dan secara signifikan menurunkan kadar glukosa plasma postprandial. Makanan sumber serat mempunyai indeks glikemik yang lebih rendah. Serat juga memberikan efek metabolik yang menguntungkan, di antaranya mengurangi episode hipoglikemia. Kandungan serat dan air yang terkandung di dalam brokoli hijau juga bermanfaat untuk merangsang gerakan usus dan memperlancar pencernaan. Oleh karena itu, brokoli baik dikonsumsi untuk menjaga kesehatan saluran cerna dan mencegah sembelit. selain itu, kandungan serat dan antioksidan pada brokoli hijau bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dan mencegah pembentukan plak (aterosklerosis) di pembuluh darah. Sedangkan kalium bermanfaat untuk membantu menjaga tekanan darah dan irama jantung tetap stabil.


Pada brokoli terkandung sulforaphane, zat inilah yang memberikan rasa pahit pada brokoli. Kandungan zat ini diyakini dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, seperti kanker usus besar dan kanker paru-paru. Selain itu, antioksidan di dalam brokoli  juga dapat berpengaruh dalam mengurangi peradangan. Efek ini diduga dapat menjaga kesehatan sel tubuh dan mencegahnya berubah menjadi kanker.

Brokoli juga memiliki kandungan kalsium, fosfor, dan vitamin K yang cukup tinggi. Kandungan gizi tersebut dapat   bermanfaat untuk menjaga kepadatan tulang, memperkuat tulang dan sendi, serta mencegah penyakit osteoporosis yang membuat tulang keropos.

Dengan mengetahui berbagai beragam manfaat brokoli untuk kesehatan, yuk sebaiknya mulai memasukkan sayuran hijau ini ke dalam menu harian agar asupan gizi terpenuhi dengan menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan kita sehari - hari.



Daftar Pustaka:

Aini N. Sumber serat yang bermanfaat. Kulinologi Indonesia. 2011. Vol (3).p.12-7

Ayu, Nectaria. 2015. Green Smoothies. Jakarta Selatan: F. Media.

Guillain  BL,  Jones  L,  Oliveira  A,  Moschonis  G,  Beteko A, Lopes C, Moreira P, Manios Y, Papadopoulos NG,  &  Emmett  P et  al. 2013.  The  influence  of early  feeding  practices  on  fruit  and  vegetable intake  among  preschool  children  in  4  European birth  cohorts1-3.  American  Journal  of  Clinical Nutrition, doi:10.3945/ajcn.112.057026

Sunardi, Yohanes. 2015. Sehat Dengan Juice. Yogyakarta: ANDI.

Sudarminto. 2015. Peluang Usaha Tani Brokoli (Prospek, Khasiat, dan Panduan Budaya).Yogyakarta. Pustakan Baru Press

Putri, Hertisa Kusuma. 2012. Uji Organoleptik Formulasi Cookies Kaya Gizi Sebagai Makanan Tambahan dalam Upaya Penanggulangan Anemia pada Ibu Hamil di Rangkapan Jaya Depok 2011. [Skripsi]. Depok: Univeristas Indonesia.

Yolandika, Clara Rita Nurmalina dan Suharno. 2017. Analisis Nilai Tambah Brokoli Kemasan CV. Yans’s Fruits and Vegetable. JoFSA. Vol.1, No.1

Yuliana D, Nurdiana, Utami YW. 2012. Pengaruh Pemberian Jus Brokoli (Brassica oleracea L. Var. italica) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus strain wistar) Model Diabetes Mellitus. 

Senin, 08 November 2021

Optimalisasi 1000 HPK Strategi Mencerdaskan Generasi Bangsa

 

Masalah gizi di Indonesia meliputi kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Masalah Kelebihan gizi ini menyebabkan berbagai macam risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus dan sebagainya. Kekurangan gizi ini juga akan menyebabkan seseorang terkena stunting dan kurus ketika anak kekurangan zat gizi kronis. Stunting ini masih menjadi masalah yang tinggi di Indonesia, masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa anak yang pendek itu normal.

Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa balita yang mengalami stunting pada tahun 2007 ini sekitar (39,4%), pada tahun 2013 turun menjadi (37,2%), pada tahun 2018 yaitu (30,8%), dan terjadi penurunan kembali pada tahun 2019 menjadi (27,7%). Namun angka tersebut belum mencapai standar WHO yaitu 20%. Dan dari data World Bank tahun 2020 menunjukkan, prevalensi stunting di Indonesia ini berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia. Menurut data WHO tahun 2005-2017 Indonesia menempati urutan ke 3 prevalensi stunting di Asia Tenggara sebesar 36,4%.

Permasalahan-permasalahan gizi ini akan berdampak serius terhadap Sumber Daya Manusia (SDM). Mereka akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan Pendidikan. Maka dari itu untuk melahirkan anak Indoensia yang sehat dan cerdas, pemerintah mengeluarkan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau yang bisa dikenal juga dengan Golden Periode (Periode Emas). Maksud dari Periode Emas ini yaitu karena masa-masa ini merupakan masa yang paling kritis untuk memperbaiki pertumbuhan fisik dan kognitif anak. Faktor rentan ini terjadi pada ibu hamil dan ibu menyusui, ketika si ibu mendapatkan asupan gizi dan status kesehatan yang baik maka bayi juga akan lahir dalam keadaan baik, begitupun sebaliknya ketika Ibu mendapatkan asupan zat gizi dan status kesehatan yang tidak baik maka bayi akan berisiko terkena stunting dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Maka dari itu pencegahan stunting perlu kita ketahui agar tidak menimbulkan masalah kesehatan dan juga pertumbuhan anak di masa yang akan datang.

 

Apa itu 1000 HPK?


1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah fase terpenting dalam pertumbuhan anak. Otak anak berkembang sangat pesat, sistem metabolisme dan kekebalan tubuh mulai dibentuk. Otak mengalami over-prodksi neural connections (synaps) secara massif (blooming) pada periode dini kehidupannya. Otak bayi yang lahir aterm mempunyai synaps yang lebih banyak dibandingkan dewasa.

1000 hari pertama ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan. Fase ini dimulai dari saat pembuahan sampai anak berusia 2 tahun atau 270 hari masa kehamilan ditambah (+) 730 hari setelah kelahiran sampai usia 2 tahun. Pada masa-masa ini tumbuh kembang anak harus terpantau, karena ketika tidak terpantau akan menyebabkan permasalahan pada tumbuh kembang anak. Berbagai perkiraan mekanisme hubungan antara status gizi pada awal kehidupan dengan risiko terjadinya penyakit kronis telah berkembang, salah satunya adalah Hipotesis Barker atau Fetal Programming Hypothesis, yang intinya adalah pentingnya perkembangan manusia sejak awal usianya sampai dengan 2 tahun pertama kehidupannya dalam menentukan kualitas hidup selanjutnya.

 

Bagaimana pertumbuhan yang optimal?

Pada usia 2 tahun pertama bayi mengalami pertumbuhan yang pesta. Pertumbuhan fisisk mencakup kenaikan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Ketika kurang optimalnya asupan gizi dan ada penyakit infeksi pada usia ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan yang akan berakibat pada kondisi wasting dan atau stunting

Beberapa penyebab stunting adalah kurangnya asupan zat gizi yang diserap oleh tubuh sejak dalam kandungan sampai dengan setelah lahir, minimnya akses pelayanan kesehatan, akses air bersih dan sanitasi. Stunting juga dapat disebabkan oleh status gizi ibu riwayat saat hamil, riwayat panjang badan lahir pendek, riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), riwayat ASI, riwayat MP-ASI, tinggi badan ibu, jumlah keluarga, status ekonomi, tingkat Pendidikan dan pekerjaan orangtua serta tidak lepas dari pola asuh (Kusuma, 2013: Nurkomala, 2017). Jadi penyebab stunting bukan hanya dikarenakan pola konsumi gizi seimbang ibu dan anak tetapi faktor lingkunyan dan eksternal lainnya juga dapat memicu penyebab stunting

Stunting ini menimbulkan 2 dampak, yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Dampak stunting jangka pendek, yaitu kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme tubuh. Dan dampak negatif jangka panjang, yaitu saat dewasa akan berisiko timbulnya penyakit diabetes, obesitas, stroke dan jantung. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan bisa terjadi permanen, yang bisa dilakukan hanya fisioterapi.

 

Dampak kurang optimalnya pada masa ini!

Dampak yang ditimbulkan malnutrition pada periode ini bersifat permanen (irreversible) dan berjangka panjang. Tidak hanya untuk keadaan kekurangan gizi, tetapi mencakup semua rentang lingkungan, termasuk lingkungan dengan keadaan gizi yang berlebihan (excessive) yang berhubungan dengan obesitas maternal atau diabetes gestasional. Keadaan ini bisa menggiring pada siklus penyakit yang bersifat multi-generasi. Hipotesis Barker menyatakan bahwa berkurangnya pertumbuhan fetus berhubungan kuat dengan terjadinya beberapa penyakit degeneratif kronis di usia dewasa (seperti jantung, Diabetes Mellitus, Hipertensi, infeksi paru)

 

Apa yang bisa dilakukan?

1.      Memenuhi kebutuhan gizi saat hamil

Memenuhi kebutuhan gizi saat hamil ini harus mengkonsumi makanan yang seimbang, seperti mengkonsumsi sumber protein yaitu ikan, daging, telur, hati dan tempe. Serta mengkonsumsi juga sayur-sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, karena kaya akan asam folat

2.      Tidak lupa memeriksakan kehamilan.

Pemeriksaan kehamilan ke bidan maupun dokter ini minimal dilakukan 4 kali selama hamil.

3.      Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.

Pemberian ASI ini berpotensi mengurangi kejadian stunting. Karena ASI ini kaya akan protein yang dapat membantu penyusunan sel-sel otak. Kandungan dan khasiat ASI ini tidak bisa tergantikan oleh susu formula lainnya.

4.      Pemberian MP-ASI ketika bayi sudah menginjak umur 6 bulan ke atas sampai 2 tahun

5.      Rutin menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak setiap bulan.

Ini dilakukan karena untuk lebih mudah mengetahui gejala awal jika terjadi gangguan pertumbuhan dan penanganannya.

6.      Selalu menjaga kebersihan lingkungan

Kebersihan ini salah satunya yaitu cuci tangan, agar si anak tidak terkena diare

 

Bagaimana perencanaan gizi ibu hamil?

1.      1. Menyiapkan cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin

2.     2.  Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan selama hamil

3.     3.  Memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal hingga dapat menjalankan kehamilan dengan aman dan berhasil

4.     4.  Asuhan gizi untuk mengurangi reaksi yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah

          5.   Membantu pengobatan penyulit kehamilan (diabetes kehamilan, hipertensi kehamilan

     6. Mendorong ibu hamil untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan pada anaknya


Kebutuhan dan penambahan zat gizi pada ibu hamil menurut AKG




Gizi pada bayi 0-24 bulan!

Ketika bayi baru lahir harus dilakukan Inisiasi Menyususi Dini (IMD), dan pada umur 0-6 blan bayi diberikan asi ekslusif, setelah 6 bulan sampai dengan 2 tahun bayi diberikan makanan pendamping asi. Kualitas dan kuantitas MP-ASI sesuai kebutuhan pada usia bayi, memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan, dan selera terhadap makan. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faal bayi/anak. Selain itu kita juga harus memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.




Perkembangan anak pada masa MPASI

Pada usia 4-6 bulan: menunjukkan respon membuka mulut ketika sendok didekatkan, dan dapat memindahkan makanan dari sendok ke mulut

Pada usia 6-9 bulan: bayi dapat memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya, gigi depan bayi mulai tumbuh. Dan bayi dapat menelan makanan dengan tekstur yang lebih kental

Pada usia 9-12 bulan: bayi dapat merapatkan bibir ketika disuapi untuk membersihkan sisa makanan di sendok, dan bayi dapat menggigit makanan dengan tekstur lebih keras, sejalan dengan tumbuhnya gigi.

Pada usia 12-23 bulan dapat beradaptasi dengan segalam macam tekstur makanan, namun belum dapat mengunyah secara sempurna, dan mulai beradaptasi dengan segala menu makanan yang diberikan termasuk makanan keluarga.

 

REFERENSI

Andrew J. Prendergast dan Jean H. Humphrey. The Stunting Syndrome in Developing Countries. Paediatrics and International Child Helath, 34:4, 250-265.

Atikah Rahayu, dkk. Buku Ajar Gizi: Hari Pertama Kehidupan. CV Mine: Bantul Yogyakarta.

Hidayah, Nurul dan Marwan. 2020. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menciptakan Generasi Milenial Sadar Gizi Yang Bebas Stunting Melalui Kegiatan 1000 HPK. Journal of Community Enggagement in Health, Vol 3(1) :86-93.

Kathryn G. Dewey and Khadija Begum. 2011. Long-term Consequence of Stunting in Early Life. Maternal & Child Nutrition, 5-18.

Mubasyiroh, Laelatul dan Ziyadatul Chusna Aya. 2018. Hubungan Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Pada Anak 1000 Hari Pertama Kehidupan/ Golden Period dengan Status Gizi Balita Di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada, Vol 9(1): 18-28.

Rahmawati, Widya dkk. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol 3(1): 20-31.

Samsudrajat, Agus dan Sutopo Patria Jati. 2018. Kebijakan Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Penurunan Stunting di Kota Semarang. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Vol 6(1): 1-7.