Senin, 08 November 2021

Optimalisasi 1000 HPK Strategi Mencerdaskan Generasi Bangsa

 

Masalah gizi di Indonesia meliputi kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Masalah Kelebihan gizi ini menyebabkan berbagai macam risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus dan sebagainya. Kekurangan gizi ini juga akan menyebabkan seseorang terkena stunting dan kurus ketika anak kekurangan zat gizi kronis. Stunting ini masih menjadi masalah yang tinggi di Indonesia, masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa anak yang pendek itu normal.

Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa balita yang mengalami stunting pada tahun 2007 ini sekitar (39,4%), pada tahun 2013 turun menjadi (37,2%), pada tahun 2018 yaitu (30,8%), dan terjadi penurunan kembali pada tahun 2019 menjadi (27,7%). Namun angka tersebut belum mencapai standar WHO yaitu 20%. Dan dari data World Bank tahun 2020 menunjukkan, prevalensi stunting di Indonesia ini berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia. Menurut data WHO tahun 2005-2017 Indonesia menempati urutan ke 3 prevalensi stunting di Asia Tenggara sebesar 36,4%.

Permasalahan-permasalahan gizi ini akan berdampak serius terhadap Sumber Daya Manusia (SDM). Mereka akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan Pendidikan. Maka dari itu untuk melahirkan anak Indoensia yang sehat dan cerdas, pemerintah mengeluarkan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau yang bisa dikenal juga dengan Golden Periode (Periode Emas). Maksud dari Periode Emas ini yaitu karena masa-masa ini merupakan masa yang paling kritis untuk memperbaiki pertumbuhan fisik dan kognitif anak. Faktor rentan ini terjadi pada ibu hamil dan ibu menyusui, ketika si ibu mendapatkan asupan gizi dan status kesehatan yang baik maka bayi juga akan lahir dalam keadaan baik, begitupun sebaliknya ketika Ibu mendapatkan asupan zat gizi dan status kesehatan yang tidak baik maka bayi akan berisiko terkena stunting dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Maka dari itu pencegahan stunting perlu kita ketahui agar tidak menimbulkan masalah kesehatan dan juga pertumbuhan anak di masa yang akan datang.

 

Apa itu 1000 HPK?


1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah fase terpenting dalam pertumbuhan anak. Otak anak berkembang sangat pesat, sistem metabolisme dan kekebalan tubuh mulai dibentuk. Otak mengalami over-prodksi neural connections (synaps) secara massif (blooming) pada periode dini kehidupannya. Otak bayi yang lahir aterm mempunyai synaps yang lebih banyak dibandingkan dewasa.

1000 hari pertama ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan. Fase ini dimulai dari saat pembuahan sampai anak berusia 2 tahun atau 270 hari masa kehamilan ditambah (+) 730 hari setelah kelahiran sampai usia 2 tahun. Pada masa-masa ini tumbuh kembang anak harus terpantau, karena ketika tidak terpantau akan menyebabkan permasalahan pada tumbuh kembang anak. Berbagai perkiraan mekanisme hubungan antara status gizi pada awal kehidupan dengan risiko terjadinya penyakit kronis telah berkembang, salah satunya adalah Hipotesis Barker atau Fetal Programming Hypothesis, yang intinya adalah pentingnya perkembangan manusia sejak awal usianya sampai dengan 2 tahun pertama kehidupannya dalam menentukan kualitas hidup selanjutnya.

 

Bagaimana pertumbuhan yang optimal?

Pada usia 2 tahun pertama bayi mengalami pertumbuhan yang pesta. Pertumbuhan fisisk mencakup kenaikan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Ketika kurang optimalnya asupan gizi dan ada penyakit infeksi pada usia ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan yang akan berakibat pada kondisi wasting dan atau stunting

Beberapa penyebab stunting adalah kurangnya asupan zat gizi yang diserap oleh tubuh sejak dalam kandungan sampai dengan setelah lahir, minimnya akses pelayanan kesehatan, akses air bersih dan sanitasi. Stunting juga dapat disebabkan oleh status gizi ibu riwayat saat hamil, riwayat panjang badan lahir pendek, riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), riwayat ASI, riwayat MP-ASI, tinggi badan ibu, jumlah keluarga, status ekonomi, tingkat Pendidikan dan pekerjaan orangtua serta tidak lepas dari pola asuh (Kusuma, 2013: Nurkomala, 2017). Jadi penyebab stunting bukan hanya dikarenakan pola konsumi gizi seimbang ibu dan anak tetapi faktor lingkunyan dan eksternal lainnya juga dapat memicu penyebab stunting

Stunting ini menimbulkan 2 dampak, yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Dampak stunting jangka pendek, yaitu kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme tubuh. Dan dampak negatif jangka panjang, yaitu saat dewasa akan berisiko timbulnya penyakit diabetes, obesitas, stroke dan jantung. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan bisa terjadi permanen, yang bisa dilakukan hanya fisioterapi.

 

Dampak kurang optimalnya pada masa ini!

Dampak yang ditimbulkan malnutrition pada periode ini bersifat permanen (irreversible) dan berjangka panjang. Tidak hanya untuk keadaan kekurangan gizi, tetapi mencakup semua rentang lingkungan, termasuk lingkungan dengan keadaan gizi yang berlebihan (excessive) yang berhubungan dengan obesitas maternal atau diabetes gestasional. Keadaan ini bisa menggiring pada siklus penyakit yang bersifat multi-generasi. Hipotesis Barker menyatakan bahwa berkurangnya pertumbuhan fetus berhubungan kuat dengan terjadinya beberapa penyakit degeneratif kronis di usia dewasa (seperti jantung, Diabetes Mellitus, Hipertensi, infeksi paru)

 

Apa yang bisa dilakukan?

1.      Memenuhi kebutuhan gizi saat hamil

Memenuhi kebutuhan gizi saat hamil ini harus mengkonsumi makanan yang seimbang, seperti mengkonsumsi sumber protein yaitu ikan, daging, telur, hati dan tempe. Serta mengkonsumsi juga sayur-sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, karena kaya akan asam folat

2.      Tidak lupa memeriksakan kehamilan.

Pemeriksaan kehamilan ke bidan maupun dokter ini minimal dilakukan 4 kali selama hamil.

3.      Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.

Pemberian ASI ini berpotensi mengurangi kejadian stunting. Karena ASI ini kaya akan protein yang dapat membantu penyusunan sel-sel otak. Kandungan dan khasiat ASI ini tidak bisa tergantikan oleh susu formula lainnya.

4.      Pemberian MP-ASI ketika bayi sudah menginjak umur 6 bulan ke atas sampai 2 tahun

5.      Rutin menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak setiap bulan.

Ini dilakukan karena untuk lebih mudah mengetahui gejala awal jika terjadi gangguan pertumbuhan dan penanganannya.

6.      Selalu menjaga kebersihan lingkungan

Kebersihan ini salah satunya yaitu cuci tangan, agar si anak tidak terkena diare

 

Bagaimana perencanaan gizi ibu hamil?

1.      1. Menyiapkan cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin

2.     2.  Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan selama hamil

3.     3.  Memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal hingga dapat menjalankan kehamilan dengan aman dan berhasil

4.     4.  Asuhan gizi untuk mengurangi reaksi yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah

          5.   Membantu pengobatan penyulit kehamilan (diabetes kehamilan, hipertensi kehamilan

     6. Mendorong ibu hamil untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan pada anaknya


Kebutuhan dan penambahan zat gizi pada ibu hamil menurut AKG




Gizi pada bayi 0-24 bulan!

Ketika bayi baru lahir harus dilakukan Inisiasi Menyususi Dini (IMD), dan pada umur 0-6 blan bayi diberikan asi ekslusif, setelah 6 bulan sampai dengan 2 tahun bayi diberikan makanan pendamping asi. Kualitas dan kuantitas MP-ASI sesuai kebutuhan pada usia bayi, memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan, dan selera terhadap makan. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faal bayi/anak. Selain itu kita juga harus memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.




Perkembangan anak pada masa MPASI

Pada usia 4-6 bulan: menunjukkan respon membuka mulut ketika sendok didekatkan, dan dapat memindahkan makanan dari sendok ke mulut

Pada usia 6-9 bulan: bayi dapat memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya, gigi depan bayi mulai tumbuh. Dan bayi dapat menelan makanan dengan tekstur yang lebih kental

Pada usia 9-12 bulan: bayi dapat merapatkan bibir ketika disuapi untuk membersihkan sisa makanan di sendok, dan bayi dapat menggigit makanan dengan tekstur lebih keras, sejalan dengan tumbuhnya gigi.

Pada usia 12-23 bulan dapat beradaptasi dengan segalam macam tekstur makanan, namun belum dapat mengunyah secara sempurna, dan mulai beradaptasi dengan segala menu makanan yang diberikan termasuk makanan keluarga.

 

REFERENSI

Andrew J. Prendergast dan Jean H. Humphrey. The Stunting Syndrome in Developing Countries. Paediatrics and International Child Helath, 34:4, 250-265.

Atikah Rahayu, dkk. Buku Ajar Gizi: Hari Pertama Kehidupan. CV Mine: Bantul Yogyakarta.

Hidayah, Nurul dan Marwan. 2020. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menciptakan Generasi Milenial Sadar Gizi Yang Bebas Stunting Melalui Kegiatan 1000 HPK. Journal of Community Enggagement in Health, Vol 3(1) :86-93.

Kathryn G. Dewey and Khadija Begum. 2011. Long-term Consequence of Stunting in Early Life. Maternal & Child Nutrition, 5-18.

Mubasyiroh, Laelatul dan Ziyadatul Chusna Aya. 2018. Hubungan Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Pada Anak 1000 Hari Pertama Kehidupan/ Golden Period dengan Status Gizi Balita Di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada, Vol 9(1): 18-28.

Rahmawati, Widya dkk. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol 3(1): 20-31.

Samsudrajat, Agus dan Sutopo Patria Jati. 2018. Kebijakan Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Penurunan Stunting di Kota Semarang. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Vol 6(1): 1-7.












10 komentar: