Sabtu, 24 November 2018

Ketahuilah Pengaruh Rokok Terhadap Asupan Gizimu


Photo By Google
            Perubahan gaya hidup remaja seperti kebiasaan makan dan merokok dapat meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi sehingga dapat mempengaruhi status gizi seorang remaja. Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikosial yaitu ketika seorang remaja mencari jatidirinya. Merokok juga merupakan simbol dari kematangan, kekuatan, dan kepemimpinan seorang remaja.

Status gizi remaja merupakan keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor langsung (konsumsi pangan dan adanya penyakit infeksi) dan faktor tidak langsung (faktor psikologis, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan lain sebagainya). Adapun contoh pola hidup yang mempengaruhi status gizi secara tidak langsung adalah kebiasaan merokok (UNICEF, 2008). Konsumsi pangan anak remaja perlu diperhatikan karena faktor aktivitas remaja apalagi seorang mahasiswa yang organisatoris ataupun bagi anak kos yang memiliki kebutuhan gizi tinggi. Oleh karena itu, jika berbagai aktifitas dan pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak diimbangi dengan masukan zat gizi yang cukup maka tubuh akan mengalami masalah gizi (malnutrisi).
Perokok memiliki risiko mengalami penurunan berat badan lebih tinggi dari pada bukan perokok, meskipun asupan kalorinya sama ataupun lebih tinggi. Hal ini dikarenakan perokok mempunyai energi expenditur yang lebih tinggi dari pada bukan perokok, yaitu sebesar 10%. Penurunan konsumsi energi dan peningkatan hasil pengeluaran energi dapat menunjukan terjadinya gizi kurang. Di sisi lain, merokok juga ternyata dapat menyebabkan obesitas. Pada umumnya, perokok yang memiliki selera makan yang buruk akan lebih banyak mengonsumsi makanan ringan sebagai pengganti makanan pokok. Apabila perilaku ini tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang rutin, maka akan cenderung meningkatkan risiko obesitas dan terkena penyakit degeneratif.


Remaja perokok berpotensi mengalami malnutrisi karena saat pembakaran rokok, nikotin akan masuk sirkulasi darah sebesar 25% dan masuk ke otak manusia kurang lebih 15 detik yang kemudian nikotin akan diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu sistem dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan mempengaruhi penekanan nafsu makan yang menyebabkan terjadinya malnutrisi. Perokok pada umumnya mengalami penurunan berat badan daripada bukan perokok, meskipun asupan kalorinya sama atau lebih tinggi daripada bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi energi dan peningkatan hasil pengeluaran energi. Penurunan konsumsi energi tersebut berkaitan dengan mekanisme hemeostatis energi yang nantinya berhubungan dengan regulasi berat badan seseorang. Sedangkan mekanisme terjadinya penurunan berat badan disebabkan oleh leptin yang membatasi cadangan lemak tubuh dan melengkapi loop umpan balik dalam proses regulasi.
Dalam perkembangannya, remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial budaya yang diperoleh dari kebiasaan remaja yang sering berasa di luar rumah dan sering bergaul dengan teman sebaya. Berteman dengan seorang perokok misalnya, itu juga akan mempengaruhi remaja menjadi seorang perokok aktif maupun pasif. Pada umumnya, perokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit paru-paru, kanker, penyakit jantung, stroke, infertilitas, dan lain-lain.
Berdasarkan data Riskesdas 2007 yang digabung dengan data Susenas diketahui bahwa status gizi remaja di Indonesia yang diukur dengan kategori IMT ditemukan remaja yang sangat kurus (24,3%) dan remaja kurus (16,5%). Hal ini dibuktikan dengan prevalensi merokok laki-laki pada tahun 2010 sebesar 65,9% meningkat dari tahun 2007, sedangkan jika berdasarkan karakteristik tempat tinggal maka pravelensi perokok di pedesaan meningkat 36,6% tahun 2007 menjadi sebesar 37,4% pada tahun 2010. Sedangkan pravalensi di perkotaan dari 31,2% pada tahun 2007 meningkat menjadi 32,3 pada tahun 2010. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah remaja perokok setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.

Photo By Google


Sebuah studi juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi tembakau dengan makanan yang mengandung antioxidan seperti buah dan sayuran. Hal ini disebabkan karena ditemukan meningkatnya konsentrasi cadmium pada darah perokok. Merokok juga dapat mengakibatkan pecandunya mengalami defisiensi vitamin A, C, E, B, beta-karoten, Zinc, Copper, zat besi, dan mikronutrien lainnya. Sementara itu, merokok juga dapat merubah pola makan yang tadinya seimbang menjadi buruk karena perokok lebih memilih untuk mengonsumsi makanan instan (fastfood), gula, produk daging dan susu, serta mengurangi porsi buah dan sayur.

Menurut penelitian, kandungan protein, serat, folat, vitamin D dan E, magnesium dan tiamin pada perokok lebih rendah daripada non-perokok. Sebanyak 20-50% perokok mengalami defisiensi kalsium, folat, magnesium, vitamin A, D, dan K, dan lebih dari 50% mengalami defisiensi serat, potassium, dan vitamin E. Defisiensi terhadap bahan-bahan ini dapat mengakibatkan dampak buruk bagi tubuh. Di studi lain, perokok menyatakan secara signifikan memiliki asupan energi, lemak total, lemak jenuh, kolesterol yang lebih tinggi. Selain itu asupan lemak tak jenuh ganda, serat, vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok.

So, apakah teman-teman akan berminat untuk merokok? Think again, Guys. :)




Artikel oleh Ihda Hanifatun Nisa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar